PEMUDA Muslim Indonesia cenderung memandang dirinya sebagai orang muslim, namun masih banyak yang belum taat dalam menjalankan ibadah agama. Hal itu terungkap dari hasil survei bertema "Tata Nilai, Impian dan Cita-cita Pemuda Muslim di Asia Tenggara" yang dilakukan Goethe Institut bersama Lembaga Survei Indonesia (LSI).
Dari hasil survei diketahui bahwa 47,5% kaum muda Muslim menyebut dirinya sebagai Muslim, lalu 40,8% yang mengatakan dirinya warga negara Indonesia.
"Ini bukanlah masalah, karena selisih antara identitas keagamaan dan nasional tidak jomplang, hanya berbeda sedikit," ujar Direktur untuk Urusan Publik LSI Burhanuddin Muhtadi saat memaparkan hasil surveinya di Goethe Institut, Selasa (14/6).
Kaum muda Muslim yang berada di perkotaan ternyata lebih konservatif dibandingkan dengan yang tinggal di perdesaan.
"Ketika seseorang sudah mapan, terutama yang hidup di kota dan sudah bekerja, maka tonggak yang dia pegang adalah agama. Karena mereka merasa agama adalah solusi untuk menyelesaikan masalahnya," jelas Programme Officer di Friedrich Naumann Foundation for Liberty (FNF) Indonesia Vera Jasini Putri.
Survei ini berlangsung dengan metode wawancara dengan 1.496 responden dan dilaksanakan pada 18-26 November 2010. Diketahui juga bahwa hanya 8,7% kaum muda Muslim yang selalu melaksanakan shalat lima waktu, dan hanya 10,8% yang selalu membaca Al-Qur'an. "Walau nilai-nilai konservatif masih dipegang teguh di Indonesia, tapi yang selalu sholat lima waktu dan selalu membaca Al-Qur'an ternyata cukup rendah," papar Burhanuddin Muhtadi.
Sementara itu, pemuda Muslim Indonesia yang sangat berminat pada dunia politik juga masih sangat rendah yakni hanya sebesar 5,5%. "Karena itu terlalu banyaknya masalah di dalam dunia politik, namun mereka masih percaya terhadap proses demokrasinya," tanggap Vera Jasini Putri.
Mudah-mudahan sahabat sumbersuko tidak termasuk golongan tersebut, karena Para Ulama Sepakat Bahwa Meninggalkan Shalat Termasuk Dosa Besar yang Lebih Besar dari Dosa Besar Lainnya.
Ibnu Qayyim Al Jauziyah –rahimahullah- mengatakan, ”Kaum muslimin bersepakat bahwa meninggalkan shalat lima waktu dengan sengaja adalah dosa besar yang paling besar dan dosanya lebih besar dari dosa membunuh, merampas harta orang lain, berzina, mencuri, dan minum minuman keras. Orang yang meninggalkannya akan mendapat hukuman dan kemurkaan Allah serta mendapatkan kehinaan di dunia dan akhirat.” (Ash Sholah, hal. 7)
Dinukil oleh Adz Dzahabi dalam Al Kaba’ir, Ibnu Hazm –rahimahullah- berkata, “Tidak ada dosa setelah kejelekan yang paling besar daripada dosa meninggalkan shalat hingga keluar waktunya dan membunuh seorang mukmin tanpa alasan yang bisa dibenarkan.” (Al Kaba’ir, hal. 25)
Adz Dzahabi –rahimahullah- juga mengatakan, “Orang yang mengakhirkan shalat hingga keluar waktunya termasuk pelaku dosa besar. Dan yang meninggalkan shalat secara keseluruhan -yaitu satu shalat saja- dianggap seperti orang yang berzina dan mencuri. Karena meninggalkan shalat atau luput darinya termasuk dosa besar. Oleh karena itu, orang yang meninggalkannya sampai berkali-kali termasuk pelaku dosa besar sampai dia bertaubat. Sesungguhnya orang yang meninggalkan shalat termasuk orang yang merugi, celaka dan termasuk orang mujrim(yang berbuat dosa).” (Al Kaba’ir, hal. 26-27)