Ramadhan Datang, Syetan Dibelenggu?

Selasa, 26 Juli 2011

Inilah salah satu pertanyaan yang terlontar dalam majelis pekanan yang bertempat di Desa Kebonsari Kecamatan Sumbersuko. "Menurut hadits syetan dibelenggu pada bulan Ramadhan, tapi kenapa masih saja kita tergoda untuk melakukan maksiat?".

Pertanyaan tersebut berasal dari hadits nabi:

إِذَا جَاءَ رَمَضَان فُتِحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتِالشَّيَاطِيْنُ

Artinya: 
Apabila datang Ramadhan, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu.

Hadits di atas adalah hadits shohih yang di takhrij (dikeluarkan) oleh Al-Imam Al-Bukhari dalam Shahih-nya kitab Ash-Shaum, bab Hal Yuqalu Ramadhan au Syahru Ramadhan no. 1898, 1899. Dikeluarkan pula dalam kitab Bad‘ul Khalqi, bab Shifatu Iblis wa Junuduhu no. 3277. Adapun Al-Imam Muslim dalam Shahih-nya membawakannya dalam kitab Ash-Shaum, dan diberikan judul babnya oleh Al-Imam An-Nawawi, Fadhlu Syahri Ramadhan no. 2492.

Dalam Redaksi An-Nasa’i, hadits diatas disebutkan dengan “Tughollu as-syayatiin” sebagai ganti “shuf fidat as-syayatiin”, dan di dalam hadits lain disebut “wa sulsilat as-syayatiin” yang secara makna memiliki arti dan maksud yang sama, juga diriwayatkan oleh sejumlah ulama hadits yang lain, sehingga hadits di atas tidak perlu diperselisihkan nilai kebenaran nya.

Lalu apa artinya hadits diatas?

Tentang yang dimaksud dengan dibukanya pintu-pintu surga dan ditutupnya pintu-pintu neraka di bulan Ramadhan, Ibnu Hajar dalam kitab Fathul Bari menyebutkan ada beberapa kemungkinan. Yang pertama, memang pintu-pintu surga dibuka lebar-lebar pada bulan Ramadhan dan pintu neraka ditutup. Sehingga tidak ada orang yang dimasukkan ke neraka selama sebulan itu. Hal itu akan memberikan semangat kepada hamba Allah SWT untuk memperbanyak amal selama Ramadhan itu.

Kemungkinan kedua, yang dimaksud adalah bahwa Allah SWT membuka kesempatan kepada hamba-hamba-Nya untuk taat, dimana taat itu menjadi penyebab masuknya mereka ke dalam surga.

Demikian juga dengan ungkapan ditutupnya pintu neraka, merupakan penggambaran dari dipalingkannya hamba-hamba Allah SWT dari keinginan untuk melakukan maksiat, dimana maksiat sedianya akan membawa mereka ke neraka. Dengan dipalingkan dari maksiat, maka seolah-olah pintu neraka tertutup pada bulan Ramadhan itu.

Sedangkan tentang dibelenggunya syetan, ada beberapa penjelasan dari para ulama mengenai maksud dari perkataan Rasulullah SAW bahwasanya syetan-syetan "dibelenggu" pada bulan suci Ramadhan:

1. Pertama:

Al-Hulaimi berpendapat bahwa yang dimaksud dengan syetan-syetan di sini adalah syetan-syetan yang suka mencuri berita dari langit saja yang terjadi di waktu malam bulan Ramadhan karena pada jaman turunnya Al-Qur'an mereka pun terhalangi untuk melakukan hal tersebut dan dengan adanya "belenggu" tersebut, maka akan menambah penjagaan (sehingga syetan-syetan tersebut tidak mampu melakukannya lagi).

2. Kedua:

Syetan tidak bisa leluasa untuk mengganggu dan mencelakakan manusia tidak seperti biasanya, karena manusia sibuk dengan shaum, membaca Al-Qur'an dan berdzikir.

3. Ketiga:

Yang dibelenggu hanya sebagiannya saja, yaitu syetan-syetan yang membangkang sebagaimana dijelaskan oleh hadis berikut ini:

Dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda,"Pada malam pertama bulan Ramadhan syetan-syetan dibelenggu. Yaitu syetan-syetan yang membangkang. (HR. Ibnu Huzaimah, Nasa'i, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Al-Hakim)

4. Keempat:

Yang dimaksud dengan "dibelenggu" merupakan suatu ungkapan akan ketidakmampuan syetan untuk menggoda dan menyesatkan manusia. Jika ada pertanyaan, mengapa masih banyak terjadi kemaksiatan pada bulan Ramadhan? Bukankah syetan-syetan yang biasa menggoda manusia telah dibelenggu?

Berdasarkan pengertian diatas, para ulama menjawab pertanyaan tersebut dengan
empat jawaban:
  1. Dibelenggunya syetan hanya berlaku bagi mereka yang melakukan ibadah shaum dengan penuh keikhlasan.
  2. Yang dibelenggu hanya sebagian syetan saja, yaitu syetan yang membangkang sebagaimana dijelaskan di atas.
  3. Yang dimaksud adalah berkurangnya tindak kejahatan atau perilaku maksiat. Dan hal tersebut dapat kita rasakan meskipun masih terjadi tindak kejahatan atau kemaksiatan tapi biasanya tidak sebanyak di bulan-bulan lainnya.
  4. Tidak mesti dengan dibelenggunya syetan maka kemaksiatan akan hilang atau terhenti, karena masih ada sebab-sebab lainnya selain syetan. Bisa jadi kemaksiatan tersebut timbul karena sifat jelek manusianya, adat istiadat yang rusak, lingkungan masyarakat yang sudah bobrok, serta kemaksiatan tersebut bisa juga disebabkan oleh syetan-syetan dari golongan manusia.
Wallohu a'lam bis showab
Rujukan kitab Fathul Bari IV/ 114-115, juga kitab 'Umdatul Qari X/386 dan kitab Ikmalul Mu'lim IV/6. 



Share this Article on :
 

© Copyright DPC PKS Sumbersuko Lumajang 2010 -2011 | Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.