Jagat politik Indonesia saat ini sedang
mengalami keguncangan hebat. Demokrat sang juara pada 2009 mengalami guncangan
yang menimbulkan luka bagi Sys dan Pong serta beberapa fungsionaris. Belum lagi
tsunami Nazaruddin yang menimbulkan kubu Anas dan kubu penentangnya. Golkar
sudah langganan keluar masuknya para pemimpinnya. Bahkan sampai Hanura sang
partai mungil pun tidak luput dari keluarnya AF dari jajaran elit. Nasdem si
partai yang baru lahir juga tidak lolos dari huru-hara, HT sang tokoh hengkang
diikuti oleh banyak pengurus. Yang agak aneh adalah PKS, dilanda prahara yang
dahsyat. Presiden Partai sebagai symbol kehormatan ditangkap KPK! Bayangkan,
bagaimana kekacauan yang timbul akibat organisasi tanpa pemimpin. Pasti
terbelah dan kocar-kacir.
Ternyata tidak ! Jangankan tokoh atau petinggi, seorang
kaderpun tidak ada yang menyingkir. Semua tetap ditempat. Seperti karang yang
tidak bergeming disapu ombak samudra selatan. Hiruk pikuk di media massa.
Komentar puluhan pengamat yang Dr, Master jebolan Amerika, Eropa dan lain-lain
Negara seakan-akan angin lalu saja. Apakah para kader PKS buta huruf ? Pasti
tidak. Apakah kader PKS tidak mau membaca berita ? Oh, juga tidak. Bagaimana
reaksi sosial media seperti twitter, Facebook, Blog, website, kolom-kolom
komentar media massa dipenuhi komentar mereka yang berjejal-jejal. Ketika media
massa mempengaruhi dengan opininya mereka membalas melawan dengan opini mereka.
Sungguh suatu tontonan tentang kesolidan suatu organisasi yang sangat
menakjubkan !
Terbuat dari bahan apakah para kader
PKS ? tentu saja mereka
terdiri dari darah dan daging serta tulang sebagaimana manusia pada umumnya.
Namun saya menduga bahwa yang membedakan adalah proses yang mereka lalui.
Secara teoritik jika beban yang dipikul tidak membuat seseorang sempoyongan
atau ambruk maka kekuatan sang pemikul pasti melampaui beban yang dipikul.
Alias proses yang menempa mereka menjadi kader seperti sekarang ini jauh lebih
berat dibandingkan sekedar pukulan itu.
Mungkin fenomena ini yang dibaca oleh masyarakat umum. Ketika
dipukul dengan dahsyat justru mereka semakin bersemangat. Ibaratnya kesruduk
sapi bukan malah berhenti atau jatuh tetapi larinya tambah kencang. Yang
menarik adalah cara mereka mengalihkan energi srudukan justru untuk menimbulkan
hentakan dan lompatan. Jadi rasanya bukan salah masyarakat kalau mereka semakin
simpati dengan partai yang satu ini. Fenomena masyarakat yang berduyun-duyun
masuk ke PKS adalah salah satu keberhasilan yang tampak dari pemanfaatan energi
srudukan.
Ucapan selamat memang layak diberikan kepada seluruh kader PKS
yang mampu merubah energi srudukan menjadi lompatan. Saya melihat ini hanya
awalan saja, karena seperti orang yang disruduk kemudian meminjam tenaga
srudukan untuk melompat pasti perlu landing dengan benar dan langsung berlari
agar tidak terjerembab karena sisa hentakan.
Apakah ini tanda-tanda kemenangan PKS pada pemilu 2014 ? Tunggu
dulu ! Aksi merubah srudukan menjadi lompatan ini memang fenomenal. Tapi
rasanya belum cukup untuk menjadi pemenang. Masih perlu kerja keras untuk
mencapai yang ditargetkan yaitu 3 besar. Entah apalagi rumus atau ramuan yang
dikeluarkan PKS setelah ini. Kita hanya bisa menunggu.
Oleh: Fajar Muhammad Hasan
TKP: http://politik.kompasiana.com/2013/02/20/gaya-pks-merubah-srudukan-menjadi-lompatan-530571.html