“Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe bertoempah darah jang satoe,
tanah air Indonesia. Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe berbangsa jang
satoe, bangsa Indonesia. Kami poetra dan poetri Indonesia mengjoenjoeng bahasa
persatoean, bahasa Indonesia”
Dengan kalimat ini pemuda Indonesia pada
tanggal 28 Oktober 1928 di Jakarta yang dikenal dengan generasi 28, mempersembahkan
karya monumental bagi bangsa Indonesia, membuat dasar sebuah Negara Indonesia
dengan satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa.
Dua puluh tahun sebelum itu, tahun 1905
berdiri gerakan pemuda pribumi yang bangkit melawan penjajah Belanda yaitu Syariat
Islam (HOS Cokroaminoto) dan Syarikat Dagang Islam (H. Samanhudi).
Dan pada tanggal 20 Mei 1908 melalui
gerakan Bodie Oetomo, gerakan pemuda membuat gerakan yang menggelorakan
kebangkitan agar Bangsa Indonesia menjadi bangsa yang satu dan tidak terserak-serak
dalam kesukuan, wilayah, ras dan agama, pemuda saat itu yang dikenal sebagai
generasi 08 menggelorakan kesadaran berorganisasi sebagai persyaratan untuk
kebangkitan nasional.
Kegemilangan peran pemuda yang
mencita-citakan bangsa Indonesia yang satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa,
kemudian dilanjutkan oleh generasi 45, tepatnya pada tanggal 17 Agustus 1945,
ketika Ir. Seokarno membacakan teks proglamasi, melalu proglamasi kemerdekaan
ini, maka Indonesia telah memiliki kedaulatan sebagai bangsa Indonesia yang
sebelumnya masih terfragmentasi menjadi kerajaan-kerajaan dan suku-suku.
Peran generasi muda kembali ditorehkan
oleh generasi 66 yang menjaga kedaulatan Indonesia dari gerakan komonis PKI,
genarasi 66 terkenal dengan tiga tuntutannya (Tritura) yaitu: Bubarkan PKI,
Bersihkan pemerintah dari unsure-unsur PKI dan Turunkan harga.
Dan yang masih segar dalam ingatan kita
adalah generasi 98 dengan gerakan reformasinya yang menggulingkan kekuasaan
yang telah lama berkuasa, para mahasiswa turun ke jalan menantang maut
menghadapi kekuasaan otoriter Suharto yang telah berkuasa puluhan tahun.
Torehan emas generasi pendahulu kita mulai
dari generasi 1905, generasi 08, generasi 28 hingga generasi 66 dan terakhir
genarasi 98 yang mempersembahkan yang terbaik yang mereka miliki untuk bangsa
yang tercinta, bangsa Indonesia sudah semestinya menjadi pengobar jiwa muda
kita sebagai generasi pelanjut, melanjutkan warisan kemerdekaan dan perjuangan
mereka.
Rahasia kemerdekaan dan kebangkitan
Indonesia dalam rentang sejarah Indonesia senantiasa digelorakan oleh sosok
pemuda. Hingga founding father bangsa ini berucap “berikan aku sepuluh pemuda,
maka aku akan ubah dunia”.
Sosok Pelopor Kebangkitan dalam Al-Qur’an dan Islam
Pelopor perubahan dalam Al-Qur’an juga
disebut sebagai pemuda, Ibrahim a.s disebut sebagai Fatan atau pemuda, saat
pemuda Ibrahim melakukan perubahan sosial dengan menghancurkan berhala patung,
hingga ia dicari oleh Raja Namrud.
Kisah tujuh orang yang melarikan diri ke
dalam gua, membawa keimanan dan prinsip juga disebut sebagai pemuda, Innahum fityatun aamanu
birabbihim (mereka adalah pemuda yang beriman kepada Tuhannya).
Dan di akhirat salah satu orang yang
dijanjikan mendapatkan naungan dari Allah, di saat tidak ada naungan selain
naungan Allah, salah satunya adalah pemuda, pemuda yang tumbuh dalam ibadah dan
taat kepada Allah.
Di masa Rasulullah saw, kita mendapati
bahwa sebagian besar yang dibina oleh Rasulullah saw di rumah Arqaam bin Abil
Arqam adalah para pemuda. Dan pemuda-pemuda ini yang kemudian menjadi pemimpin
Islam sepeninggal Rasulullah Saw., pemuda-pemuda ini di antaranya:
Ali bin Ali Thalib 8 tahun, Az Zubair bin
Al ‘Awwam 8 tahun, Thalhah bin Ubaidillah 11 tahun, Al Arqam bin Abil Arqaam 12
tahun, Abdullah bin Mas’ud 14 tahun, Sa’ad bin Abi Waqqaas 17 tahun, Sa’id bin
Zaid di bawah 20 tahun, ‘Usman bin ‘Affan sekitar 20 tahun, Khabab bin Al Art
juga sekitar 20 tahun, Mush’ab bin ‘Umair 24 tahun, Al Miqdad bin Al Aswad, 24
tahun, Abdullah bin Al Jahsy, 25 tahun, Umar bin Al Khaththab, 26 tahun, Abu
Ubaidah Ibnul Jarrah, 27 tahun, ‘Utbah bin Ghazwaan, juga 27 tahun, Abdurrahman
bin ‘Auf 30 tahun, Ammar bin Yasir, antara 30-40 tahun, Abu Bakar Ash Shiddiq
37 tahun dan sahabat yang lainnya yang masih muda. Semuanya berumur
pemuda antara 8 sampai 40 tahun. Pemuda-pemuda inilah yang dipilih oleh Allah
Swt., untuk menemani Rasul-Nya membawa rahmat bagi dunia dan menjadi pemimpin
dunia.
Kita juga kenal dengan Umar bin Abdul
Aziz, sosok pemuda yang menjadi khalifah sebelum berusia 35 tahun yang karena
keadilan dan kebijaksanaannya dalam memimpin, hingga ia dijuluki sebagai
khalifah rasyidah yang ke-5. Kita juga kenal Muhammad Al-Fatih, yang disebut
oleh Rasul sebagai sebaik-baik pemimpin dan pasukannya adalah sebaik-baik
pasukan, Muhammad Al-Fatih dalam usia belia telah berhasil mewujudkan mimpi dan
cita-cita umat Islam beradab-abad lamanya yaitu menaklukkan Konstantinopel.
Di dunia Islam masa kontemporer kita
mengenal Hasan Al-Banna, sosok pembaharu dunia Islam kontemporer yang
mendirikan Ikhwanul Muslimin, gerakan Islam terbesar di dunia Islam saat masih
berumur 22 tahun.
Sepuluh Karekter Pemuda Harapan
Mengenai karakter pemuda, Hasal Al-Banna
menyebutkan bahwa cita-cita besar hanya bisa diwujudkan oleh pemuda yang
memiliki karekter Iman, ikhlas, semangat dan amal.
Beliau berkata:
“Sesungguhnya sebuah pemikiran itu akan
berhasil diwujudkan manakala kuat rasa keyakinan kepadanya, ikhlas dalam
berjuang di jalannya, semangat dalam merealisasikannya, dan kesiapan untuk
beramal serta berkorban dalam mewujudkannya. Keempat rukun ini, yakni iman,
ikhlas, semangat, dan amal (serta pengorbanan) merupakan karakter yang melekat
pada pemuda. Karena sesungguhnya dasar keimanan itu adalah nurani yang menyala,
dasar keikhlasan adalah hati yang bertakwa, dasar semangat adalah perasaan yang
menggelora, dan dasar amal (dan pengorbanan) adalah kemauan yang kuat. Hal itu
semua tidak terdapat kecuali pada diri pemuda.”
Karena pemuda dianggap sebagai nuwat at-tagyir
atau agen of change, oleh kerena itu, Hasan Al-Banna telah meletakkan 10
karakter yang harus dimiliki oleh pemuda, untuk mewujudkan kebangkitan bangsa
dan serta menjadi soko guru peradaban.
Karakter ini menurut Beliau Hasan Al
Banna, merupakan pilar pertama terbentuknya
masyarakat shalih dan reformis, juga menjadi
pilar sebuah sistem dalam sebuah Negara, serta menjadi soko guru
peradaban dunia (Ustadziyatul ‘alam). Kesepuluh karakter itu adalah :
- Salimul Aqidah, Bersih Akidahnya dari sesuatu hal yang mendekatkan dan menjerumuskan dirinya dari lubang syirik.
- Shahihul Ibadah, Benar Ibadahnya menurut AlQur’an dan As-sunnah serta terjauh dari segala Bid’ah yang dapat menyesatkannya.
- Matinul Khuluq, Mulia Akhlaknya sehingga dapat menunjukkan sebuah kepribadian yang menawan dan dapat meyakinkan kepada semua orang bahwa Islam adalah rahmat bagi seluruh alam (Rahmatan Lil Alamin).
- Qawiyul Jismi, Kuat Fisiknya sehingga dapat mengatur segala kepentingan bagi jasmaninya yang merupakan amanah/titipan dari Allah Swt.
- Mutsaqqaful Fikri, Luas wawasan berfikirnya sehingga dia mampu menangkap berbagai informasi serta perkembangan yang terjadi disekitarnya.
- Qadirun ‘alal Kasbi, Mampu berusaha sehingga menjadikannya seorang yang berjiwa mandiri dan tidak mau bergantung kepada orang lain dalam memenuhi segala kebutuhan hidupnya.
- Mujahidun linafsihi, Bersungguh sungguh dalam jiwanya sehingga menjadikannya seseorang yang dapat memaksimalkan setiap kesempatan ataupun kejadian sehingga berdampak baik pada dirinya ataupun orang lain.
- Haritsun ‘ala waqtihi, Efisien dalam memanfaatkan waktunya sehingga menjadikannya sebagai seorang yang pantang menyiakan waktu untuk melakukan kebaikan, walau sedetikpun. karena waktu yang kita gunakan selama hidup ini akan dipertanggungjawabkan dihadapan Alloh SWT.
- Munazham Fii Su’unihi, Tertata dalam urusannya sehingga menjadikan kehidupannya teratur dalam segala hal yang menjadi tanggung jawab dan amanahnya. Dapat menyelesaikan semua masalahnya dengan baik dengan cara yang baik.
- Naafi’un Li Ghairihi, Bermanfaat bagi orang lain, sehingga menjadikannya seseorang yang bermanfaat dan dibutuhkan. Keberadaannya akan menjadi sebuah kebahagiaan bagi orang lain dan Ketiadaannya akan menjadikan kerinduan pada orang lain.
Demikian sepuluh karakter yang mesti dimiliki
oleh seorang pemuda agar menjadi pemuda yang menjadi kebanggaan dan harapan
keluarga, masyarakat dan bangsanya. Mudah-mudahan dengan memontum sumpah pemuda
ini, menjadi spirit pemuda untuk mengisi diri dan melanjutkan cita-cita dan
perjuangan generasi pendahulu kita.
Oleh: Herlini Amran