Pemuda Harapan Bangsa

Senin, 28 Oktober 2013

“Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah air Indonesia. Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia. Kami poetra dan poetri Indonesia mengjoenjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia”

Dengan kalimat ini pemuda Indonesia pada tanggal 28 Oktober 1928 di Jakarta yang dikenal dengan generasi 28, mempersembahkan karya monumental bagi bangsa Indonesia, membuat dasar sebuah Negara Indonesia dengan satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa.
Dua puluh tahun sebelum itu, tahun 1905 berdiri gerakan pemuda pribumi yang bangkit melawan penjajah Belanda yaitu Syariat Islam (HOS Cokroaminoto) dan Syarikat Dagang Islam (H. Samanhudi).
Dan pada tanggal 20 Mei 1908 melalui gerakan Bodie Oetomo, gerakan pemuda membuat gerakan yang menggelorakan kebangkitan agar Bangsa Indonesia menjadi bangsa yang satu dan tidak terserak-serak dalam kesukuan, wilayah, ras dan agama, pemuda saat itu yang dikenal sebagai generasi 08 menggelorakan kesadaran berorganisasi sebagai persyaratan untuk kebangkitan nasional.
Kegemilangan peran pemuda yang mencita-citakan bangsa Indonesia yang satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa, kemudian dilanjutkan oleh generasi 45, tepatnya pada tanggal 17 Agustus 1945, ketika Ir. Seokarno membacakan teks proglamasi, melalu proglamasi kemerdekaan ini, maka Indonesia telah memiliki kedaulatan sebagai bangsa Indonesia yang sebelumnya masih terfragmentasi menjadi kerajaan-kerajaan dan suku-suku.
Peran generasi muda kembali ditorehkan oleh generasi 66 yang menjaga kedaulatan Indonesia dari gerakan komonis PKI, genarasi 66 terkenal dengan tiga tuntutannya (Tritura) yaitu: Bubarkan PKI, Bersihkan pemerintah dari unsure-unsur PKI dan Turunkan harga.
Dan yang masih segar dalam ingatan kita adalah generasi 98 dengan gerakan reformasinya yang menggulingkan kekuasaan yang telah lama berkuasa, para mahasiswa turun ke jalan menantang maut menghadapi kekuasaan otoriter Suharto yang telah berkuasa puluhan tahun.
Torehan emas generasi pendahulu kita mulai dari generasi 1905, generasi 08, generasi 28 hingga generasi 66 dan terakhir genarasi 98 yang mempersembahkan yang terbaik yang mereka miliki untuk bangsa yang tercinta, bangsa Indonesia sudah semestinya menjadi pengobar jiwa muda kita sebagai generasi pelanjut, melanjutkan warisan kemerdekaan dan perjuangan mereka.
Rahasia kemerdekaan dan kebangkitan Indonesia dalam rentang sejarah Indonesia senantiasa digelorakan oleh sosok pemuda. Hingga founding father bangsa ini berucap “berikan aku sepuluh pemuda, maka aku akan ubah dunia”.

Sosok Pelopor Kebangkitan dalam Al-Qur’an dan Islam
Pelopor perubahan dalam Al-Qur’an juga disebut sebagai pemuda, Ibrahim a.s disebut sebagai Fatan atau pemuda, saat pemuda Ibrahim melakukan perubahan sosial dengan menghancurkan berhala patung, hingga ia dicari oleh Raja Namrud.
Kisah tujuh orang yang melarikan diri ke dalam gua, membawa keimanan dan prinsip juga disebut sebagai pemuda, Innahum fityatun aamanu birabbihim (mereka adalah pemuda yang beriman kepada Tuhannya).
Dan di akhirat salah satu orang yang dijanjikan mendapatkan naungan dari Allah, di saat tidak ada naungan selain naungan Allah, salah satunya adalah pemuda, pemuda yang tumbuh dalam ibadah dan taat kepada Allah.
Di masa Rasulullah saw, kita mendapati bahwa sebagian besar yang dibina oleh Rasulullah saw di rumah Arqaam bin Abil Arqam adalah para pemuda. Dan pemuda-pemuda ini yang kemudian menjadi pemimpin Islam sepeninggal Rasulullah Saw., pemuda-pemuda ini di antaranya:
Ali bin Ali Thalib 8 tahun, Az Zubair bin Al ‘Awwam 8 tahun, Thalhah bin Ubaidillah 11 tahun, Al Arqam bin Abil Arqaam 12 tahun, Abdullah bin Mas’ud 14 tahun, Sa’ad bin Abi Waqqaas 17 tahun, Sa’id bin Zaid di bawah 20 tahun, ‘Usman bin ‘Affan sekitar 20 tahun, Khabab bin Al Art juga sekitar 20 tahun, Mush’ab bin ‘Umair 24 tahun, Al Miqdad bin Al Aswad, 24 tahun, Abdullah bin Al Jahsy, 25 tahun, Umar bin Al Khaththab, 26 tahun, Abu Ubaidah Ibnul Jarrah, 27 tahun, ‘Utbah bin Ghazwaan, juga 27 tahun, Abdurrahman bin ‘Auf 30 tahun, Ammar bin Yasir, antara 30-40 tahun, Abu Bakar Ash Shiddiq 37 tahun dan sahabat yang lainnya yang masih muda. Semuanya  berumur pemuda antara 8 sampai 40 tahun. Pemuda-pemuda inilah yang dipilih oleh Allah Swt., untuk menemani Rasul-Nya membawa rahmat bagi dunia dan menjadi pemimpin dunia.
Kita juga kenal dengan Umar bin Abdul Aziz, sosok pemuda yang menjadi khalifah sebelum berusia 35 tahun yang karena keadilan dan kebijaksanaannya dalam memimpin, hingga ia dijuluki sebagai khalifah rasyidah yang ke-5. Kita juga kenal Muhammad Al-Fatih, yang disebut oleh Rasul sebagai sebaik-baik pemimpin dan pasukannya adalah sebaik-baik pasukan, Muhammad Al-Fatih dalam usia belia telah berhasil mewujudkan mimpi dan cita-cita umat Islam beradab-abad lamanya yaitu menaklukkan Konstantinopel.
Di dunia Islam masa kontemporer kita mengenal Hasan Al-Banna, sosok pembaharu dunia Islam kontemporer yang mendirikan Ikhwanul Muslimin, gerakan Islam terbesar di dunia Islam saat masih berumur 22 tahun.

Sepuluh Karekter Pemuda Harapan
Mengenai karakter pemuda, Hasal Al-Banna menyebutkan bahwa cita-cita besar hanya bisa diwujudkan oleh pemuda yang memiliki karekter Iman, ikhlas, semangat dan amal.
Beliau berkata:
“Sesungguhnya sebuah pemikiran itu akan berhasil diwujudkan manakala kuat rasa keyakinan kepadanya, ikhlas dalam berjuang di jalannya, semangat dalam merealisasikannya, dan kesiapan untuk beramal serta berkorban dalam mewujudkannya. Keempat rukun ini, yakni iman, ikhlas, semangat, dan amal (serta pengorbanan) merupakan karakter yang melekat pada pemuda. Karena sesungguhnya dasar keimanan itu adalah nurani yang menyala, dasar keikhlasan adalah hati yang bertakwa, dasar semangat adalah perasaan yang menggelora, dan dasar amal (dan pengorbanan) adalah kemauan yang kuat. Hal itu semua tidak terdapat kecuali pada diri pemuda.”
Karena pemuda dianggap sebagai nuwat at-tagyir atau agen of change, oleh kerena itu, Hasan Al-Banna telah meletakkan 10 karakter yang harus dimiliki oleh pemuda, untuk mewujudkan kebangkitan bangsa dan serta menjadi soko guru peradaban.
Karakter ini menurut Beliau Hasan Al Banna, merupakan pilar pertama terbentuknya
masyarakat shalih dan reformis, juga menjadi pilar sebuah sistem  dalam sebuah Negara, serta menjadi soko guru peradaban dunia (Ustadziyatul ‘alam). Kesepuluh karakter itu adalah :
  1.  Salimul Aqidah, Bersih Akidahnya dari sesuatu hal yang mendekatkan dan menjerumuskan dirinya dari lubang syirik.
  2. Shahihul Ibadah, Benar Ibadahnya menurut AlQur’an dan As-sunnah serta terjauh dari segala Bid’ah yang dapat menyesatkannya.
  3. Matinul Khuluq, Mulia Akhlaknya sehingga dapat menunjukkan sebuah kepribadian yang menawan dan dapat meyakinkan kepada semua orang bahwa Islam adalah rahmat bagi seluruh alam (Rahmatan Lil Alamin).
  4.  Qawiyul Jismi, Kuat Fisiknya sehingga dapat mengatur segala kepentingan bagi jasmaninya yang merupakan amanah/titipan dari Allah Swt.
  5.   Mutsaqqaful Fikri, Luas wawasan berfikirnya sehingga dia mampu menangkap berbagai informasi serta perkembangan yang terjadi disekitarnya.
  6. Qadirun ‘alal Kasbi, Mampu berusaha sehingga menjadikannya seorang yang berjiwa mandiri dan tidak mau bergantung kepada orang lain dalam memenuhi segala kebutuhan hidupnya.
  7. Mujahidun linafsihi, Bersungguh sungguh dalam jiwanya sehingga menjadikannya seseorang yang dapat memaksimalkan setiap kesempatan ataupun kejadian sehingga berdampak baik pada dirinya ataupun orang lain.
  8. Haritsun ‘ala waqtihi, Efisien dalam memanfaatkan waktunya sehingga menjadikannya sebagai seorang yang pantang menyiakan waktu untuk melakukan kebaikan, walau sedetikpun. karena waktu yang kita gunakan selama hidup ini akan dipertanggungjawabkan dihadapan Alloh SWT.
  9. Munazham Fii Su’unihi, Tertata dalam urusannya sehingga menjadikan kehidupannya teratur dalam segala hal yang menjadi tanggung jawab dan amanahnya. Dapat menyelesaikan semua masalahnya dengan baik dengan cara yang baik.
  10. Naafi’un Li Ghairihi, Bermanfaat bagi orang lain, sehingga menjadikannya seseorang yang bermanfaat dan dibutuhkan. Keberadaannya akan menjadi sebuah kebahagiaan bagi orang lain dan Ketiadaannya akan menjadikan kerinduan pada orang lain.

Demikian sepuluh karakter yang mesti dimiliki oleh seorang pemuda agar menjadi pemuda yang menjadi kebanggaan dan harapan keluarga, masyarakat dan bangsanya. Mudah-mudahan dengan memontum sumpah pemuda ini, menjadi spirit pemuda untuk mengisi diri dan melanjutkan cita-cita dan perjuangan generasi pendahulu kita.


Share this Article on :
 

© Copyright DPC PKS Sumbersuko Lumajang 2010 -2011 | Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.