Kultwit Anis Matta tentang Mesir

Rabu, 02 Februari 2011


"Karena banyak permintaan memberi penjelasan lebih jauh soal reformasi atau rovolusi di Mesir, saya pikir tema ini memang perlu didalami."

Posisi Mesir hanya bisa kita pahami kalau kita menarik garis sejarahnya pada awal abad 20 ketika Khilafah Turki Usmaniyah menua dan renta.Eropa berada pada puncak kekuatannya dibawah kepemimpinan Inggris dan Prancis, dunia Islam minus Turki praktis dijajah Eropa. Kekuatan utama Turki Usmaniyah sebenarnya terletak pada militernya, karena ia dididirikan para pasukan khusus Khilafah Abbasiyah. Kekuatan militer itulah yang kelak memungkinkan mereka membebaskan Konstantinopel, sayap timur imperium Romawi itu beyond imagination.

Konstantinopel dijadikan sebagai pusat kekuatan Romawi di timur oleh Konstantin untuk mengontrol kawasan Asia kecil dan Timur Tengah. Sebaliknya Khilafah Usmani menjadikan Konstantinopel sebagai basis ekspansi ke Eropa dari arah timur mereka masuk sampai ke gerbang Wina. Walaupun beberapa kota Eropa timur sudah ditaklukkan, tapi Konstantinopel memberi Khilafah Usmani basis ekspansi yang tidak terlawan. Kaum Usmani memimpin sebuah imperium raksasa yang berlangsung selama 7 abad dari awal abad 13 sampai awal abad 20 mereka memimpin dunia. Konstantinopel yang kemudian diganti jadi Istambul menjadi ibu kota dunia dengan wilayah kendali yang sangat luas di asia dan Eropa. Nafas ekspansi militer Usmani memang dahsyat itu sebagiannya dijelaskan oleh ruh sufisme yang menyertai militernya sejak awal. Paduan sufisme dan militer menjadikan Usmani sebagai pelopor kelahiran kembali Islam setelah bencana invasi Tartar dan Kaum Salib selama 3 abad. Tapi sepanjang masa khilafah yang panjang itu, Istambul tidak pernah dikenal sebagai kota ilmu pengetahuan seperti Bagdad, Andalusia dan Cairo.Ulama, filsuf dan ilmuwan umumnya berasal dari ketiga kota itu. Al Azhar di Cairo sudah didirikan Fathimiyah sejak 1000 tahun lalu.

Sementara itu Eropa kembali dari perang salib sebagai pasukan yang kalah, tapi berkembang dengan semangat pembaharuan. Eropa bangkit dari situ Antara abad 14 sampai 17 Eropa mengalami pergolakan internal dan berujung dengan revolusi pengetahuan, budaya, ekonomi dan politik. Ekspansi Eropa ke dunia Islam di timur sebenarnya bukanlah dalam rangka, tapi untuk tujuan perdagangan, terutama di abad 17 dan 18. Eropa tidak datang untuk perang tapi untuk dagang, tapi mereka menemukan dunia Islam justru mulai terpuruk dan terbelakang itu bikin mereka bernafsu. Usmani tidak mengembangkan pengetahuan dengan wilayah yang terlalu luas mereka kesulitan mengendalikan itu, awalnya mereka mulai memudar.

Penetrasi Eropa ke dunia Islam melalui perdagangan dan pengetahuan termasuk ke Usmani sendiri. Usmani berhenti ekspansi secara perlahan. Sejak itu Usmani mulai mengalami konflik internal termasuk dengan wilayah-wilayah Islam. Usmani disebut sebagai lelaki renta yang sakit. Usmani tidak runtuh karena kalah dalam sebuah pertempuran besar tapi karena masalah internal yang melemahkan dirinya secara sistematis. Pelemahan internal yang dibaca Eropa karena infiltrasi mereka yang sudah terlalu jauh ke jantung khilafah, Usmani tidak lagi bisa mengontrol wilayahnya. Inilah yang memudahkan Eropa memecah belah Usmani dan isu yang mereka gunakan adalah nasionalisme arab atas nama itu mereka mau independen

Lawrence of Arabia adalah film penting yang mengisahkan peran intelijen Inggris dalam memecah belah Usmani dengan isu nasionalisme Arab. Ketika Usmani mulai memudar justru gerakan pembaharuan mulai muncul di beberapa wilayah lain dunia Islam dari abad 18 sampai awal abad 20.

Diantara para pembaharu terpenting itu adalah Muhammad Bin Abdul Wahhab (1703) di Jazirah Arab dan Jamaluddin Al Afghani (1836). Muhammad Bin Abadul Wahhab mempelopori gerakan pemurnian Islam, berkolaborasi dengan keluarga Suud, berperang dan menyatukan jazirah. Gerakan pemurnian Muhammad Bin Abdul Wahhab sangat fenomenal dan kelak berhasil mendirikan sebuah negara yang sekarang disebut Saudi Arabia. Jamaluddin Al Afghani tidak mendirikan negara, malah sebaliknya ia ditolak dimana-mana ia mengembara dari Afghanistan ke Iran, Turki dan Mesir. Afghani menjadi fenomenal karena pemikiran dan semangatnya seperti ledakan vulkanik ia kharismatik, orator dan selalu mampu menggerakkan. Disamping mengajarkan pemurnian Islam ia juga menganjurkan menerima modernisme yang sejalan dengan Islam itu 2 hal yang tidak selalu jadi lawan. Afghani juga menyerukan penyatuan politik dunia Islam melalui gerakan Pan Islamisme, inilah yang membuatnya jadi sangat berpengaruh. Tesis Afghani adalah melawan kediktatoran dari penguasa-penguasa dunia Islam dan melawan Imperialis dari luar tapi harus bersatu sebagai dunia muslim. Afghani menganggap bahwa kediktatoran dari penguasa tiran dan imperialis adalah penyakit politik kronis utama yang menimpa dunia Islam. Semangat perlawanan itu yang meluaskan pengaruh Afghani di dunia Islam, tentang itu al Kawakiby dari Syria menulis buku Karakter Kediktatoran.

Pengaruh Afghani itu terutama menyebar melalui murid-murid ideologinya yang kemudian menjadi mata rantai pembaharuan di dunia Islam. Diantara murid-murid ideologi Afghani yang paling penting adalah Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha, kedua ulama ini mewarnai seluruh dunia Islam Para pembaharu Islam di Indonesia seperti KH.Ahmad Dahlan pendiri Muhammadiyah umumnya terinspirasi oleh Afghani, Abduh dan Ridha. Muhammadiyah di Indonesia memang mewarisi 2 hal dari 3 tokoh itu: pembaharuan Islam dan perlawanan pada imperialis. Indonesia bahkan belum menjadi sebuah nama bagi bangsa dan negara kita, ketika gemuruh pembaharuan dan perlawanan itu terjadi di Mesir.

Dari Rasyid Ridha turunlah seorang murid ideologi yang menjadi serial penting seluruh gerakan pembaharuan itu yaitu Hasan Al Banna. Hasan Al Banna berbeda dengan para pendahulunya karena ia menderivasi ide kebangkitan Islam itu dalam program kaderisasi yang terorganisir. Hanya selang 4 tahun setelah runtuhnya Khilafah Usmani di Turki tahun 1924 Al Banna mendirikan Ikhwanul Muslimin tahun 1928. Tahun 1928 itu kita baru punya nama resmi negara dan bangsa Indonesia ketika para pemuda kita mendeklarasikan sumpah pemuda. Saat kita memproklamasikan kemerdekaan Indonesia tahun 1945 Mesir adalah negara pertama yang mengakui kita itu kerja Ikhwanul Muslimin. Semua pergolakan itu menempatkan Mesir sebagai epicentrum spiritual dan pemikiran dunia Islam Usmani runtuh tapi Mesir bangkit. Ketika Usmani runtuh tahun 1924 dunia Islam untuk pertama kalinya hidup tanpa khilafah. Mesir bangkit mempelopori kebangkitan itu. Itu saat yang paling suram dalam sejarah dunia Islam, 24 tahun setelah runtuhnya Usmani negara Israel lahir tahun 1948 diatas tanah Palestina. Berdirinya Israel adalah sebuah kisah tersendiri, tapi itu jadi mungkin karena ia dilindungi oleh 2 negara yang berbatasan: Mesir dan Jordan. Diantara Istambul-Kairo-Tel Aviv terbentang sebuah jalinan kisah 2 abad tentang konspirasi dan perlawanan keruntuhan dan kebangkitan. Mesir bagi dunia Islam adalah kiblat kebangkitan dan pembaharuan tapi bagi Barat ia harus jadi tameng dan instrumen perlindungan Israel Posisi dialektis Mesir membuatnya jadi ajang pertarungan Modernis Sekuler dan Modernis Islam di dalam, Inggris, Amerika Serikat dan Rusia diluar. (bersambung)

Share this Article on :
 

© Copyright DPC PKS Sumbersuko Lumajang 2010 -2011 | Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.