Kultuit ini
berjudul pacarannn, pacarannn, pacarannn, pacarannn, pacarannn, pacarannn, sekedar
sebuah pandangan atas hal tersebut :)
Manusia
sekelas nabi Adam pun gelisah saat beliau masih sendiri. Sebagaimana semua laki-laki
yang dikemudian hari dilahirkan oleh ibunya ke dunia, nabi Adam adalah manusia
biasa. Mengapakah gelisah? Karena setiap orang memerlukan teman yang bisa
diajak berbagi. Apa yang dilakukan saat itu? Nabi Adam berusaha menuntut banyak
ilmu, berbagai nama-nama benda yang diajarkan oleh Allah swt
Allah
mengetahui kebutuhannya, manusia pertama yang Ia ciptakan itu membutuhkan
pasangan. Kemudian Allah pun menciptakan pasangan baginya, dan ini adalah salah
satu dari tanda-tanda kebesaran-Nya. Hari-hari berlalu, nabi Adam as bersama
sang istri (Hawwa) hidup bersama di surga-Nya yang tenang. Namun mereka berdua
tergelincir melanggar larangan Allah, sehingga diturunkan ke bumi di tempat
yang terpisah. Di bumi, nabi Adam dan
Hawwa hidup terpisah dengan jodohnya, selama sekian ratus tahun lamanya. Menurut
para ahli sejarah, Adam diturunkan di sekitar India sedangkan Hawwa di Jeddah
(jazirah Arab). Akhirnya Allah
mengijinkan mereka berdua bertemu di Jabal Rahmah (gunung kasih sayang), Padang
Arafah. Saling merindu, Nabi Adam
menempuh perjalanan yang lebih jauh dan berliku dalam mencari jodohnya
dibanding Hawwa. Demikian pulalah kecenderungan manusia hingga saat ini: kaum laki-laki
lebih banyak bergerak dan perempuan cenderung menunggu. Pasangan manusia
pertama itu diciptakan untuk bersama di surga, kemudian terpisah saat
diturunkan ke bumi.
Bahwa sesungguhnya
kita semua diciptakan berpasang-pasangan, dan telah ditentukan lahir, mati dan
rezeki (termasuk jodoh) kita. Kita tidak
bisa memilih kapan kita lahir dan siapa orang tua kita, tidak pula tahu di mana
dan kapan kita meninggal dunia. Juga
siapa jodoh kita, sudah ditentukan dalam bab rezeki. Bagaimana-kah konsep jodoh
itu?
Apakah
setiap orang menikah dengan jodohnya? Tidak ada yang tahu pasti, maksimal kita
hanya bisa merasakan, iya atau tidaknya. Nah, masing-masing sudah disiapkan
jodoh, pasangan terbaik dan paling cocok untuk kita. Disiapkan langsung oleh
Sang Pencipta. Apakah kita akan dipertemukan dengan jodoh kita di dunia atau di
akhirat kelak, itu pun bagian dari takdir-Nya yang agung. Yang bisa dilakukan
saat belum dipertemukan dalam pernikahan adalah meneladani nabi Adam:
mempelajari ilmu sebanyak mungkin. Juga,
sebagaimana Adam dan Hawwa setelah diturunkan terpisah ke bumi, berusaha
mencari jodohnya yang terpisah.
Nah, setelah
tuit2 pendahuluan tadi, mari kita masuk ke topik utama... pacarannn :)
Dimulai dengan
sebuah pertanyaan: pacarannn itu apa yak? Dari doeloe ada banyak sekali versi
yang beredar dan berbeda-beda. Ada yang bilang kalau pacaran itu proses menuju
pernikahan. Tapi ada juga yang berpendapat ngga harus menuju... yang penting
ada suka-sama-suka. Kesimpulan sementara, pacaran itu cenderung
diartikan pada "hubunganungan spesial" antara seorang laki-laki dan
seorang perempuan sebelum pernikahan. Muncul
pertanyaan baru: apakah proses pacaran dengan orang yang bukan/belum menjadi
suami/istri kita itu memang harus atau wajib dilalui? :). Dan muncul juga
pertanyaan, emang pacaran itu
aktifitasnya ngapain aja yak? Positif atau negatif? :)
Nabi Adam sebagai
manusia pertama pun resah saat Hawa belum diciptakan. Apalagi saat diturunkan
terpisah di dunia. Nah, konsep jodoh tadi juga mendukung bahwa masing-masing dari
kita sebenarnya sudah pernah berpasangan dengan jodoh kita sebelum dilahirkan. Kemudian
kita "diturunkan" ke bumi, terpisah dengan jodoh kita. Mengapa
dipisah? Untuk menguji, apakah kita mau mengambil hikmah. Salah satu hikmah-Nya
yang mulia adalah, agar kita tidak menyerah! Terus berusaha bertemu dengan
jodoh kita di dunia. Hikmah yang lain? Agar kita berbaik sangka kepada-Nya, bahwa
kita akan dipertemukan dengan jodoh kita... segera! *aminnn :) Yang sgt layak
kita inget2, jodoh kita adalah yang terbaik dan disiapkan untuk kita... selain
itu, jelas bukan yang terbaik. Mungkin ada yang bilang “pacarannn itu kan
penjajakan, biar lebih tau apakah pacar kita itu jodoh kita atau bukan”. Bisa jadi
itu ada benarnya. Tapi jugan lupa, bahkan setelah menikah pun tidak ada yang tahu
pasti apakah seseorang itu jodoh atö bukan. Tanya yang udah nikah deh, max (maksimal-ed) hanya bisa merasakan jodoh atö
bukan. Tapi tidak tahu pasti dan perasaan bisa keliru. Kalau buat penjajakan?
Justru belum tentu yang diperlihatkan selama pacaran itu yang orisinil. Jangan-jangan
isinya pencitraan (?ed) mulu. :)
Ayo dong,
langsung bahas yang lebih dalem. Gimana, boleh nggak sih, kita pacaran itu?
OK... siap-siap yak... :) Sekarang kita
liat dulu, ngapain sih pacaran itu... telpon-telponan? Tukeran pic (photo-ed)? Nonton bareng? Gandengan? Ciuman?
Atau...? ;) dll. Di Quran dijelaskan bahwa semua laki-laki yang normal pasti
punya kecenderungan pada perempuan, demikian juga sebaliknya. Jadi tertarik
pada lawan jenis itu normal. Tapi apa ini bisa jadi alasan beraktifitas pacaran
seperti tadi? Ayo kita periksa.
Dalam banyak
bahasan tentang hubungan antar-lawan jenis, ada istilah "menikmati"
yang bisa berarti berbagai aktifitas pada pacaran. Contoh, kalau ada laki-laki
yang memandangi wajah perempuan, itu sudah dikatakan menikmati. Apalagi
menyentuh dan membayangkan yang lebih. Apalagi jika - na'udzubillah - sampe
jatuh ke free-sex, itu sudah lebih dari
menikmati, itu merenggut kesucian perempuan. Adapun perempuan yang menyediakan
dirinya untuk dinikmati wajahnya, kulitnya dsb, pelan-pelan ia sudah mengurangi
kesucian dirinya. Maka pertanyaan untuk para laki-laki, relakah jika jodoh Anda
yang masih disimpan keberadaannya oleh Allah itu, dinikmati orang lain?. Sedangkan
untuk para perempuan, tidakkah Anda ingin memberikan yang terbaik untuk suami
nantinya? Menyimpan rapat-rapat semua untuknya?. Apabila seorang laki-laki sudah
yakin seorang wanita adalah jodohnya, maka ajaklah untuk menikah. Sehingga Anda
tidak mengurangi kesuciannya dengan pacaran .
Kalau belum
mampu? Maka sebaiknya tidak mengurangi kesuciannya dengan menikmatinya.
Pergilah dan berpuasalah. Jodoh tak lari ke mana. Tapi pacaran kan enak? Enaknya cuma secuil,
mas bro. yang laki-laki tidak terlalu merasakan jeleknya. Perempuanlah yang terhina
dengan itu. Ayat? Hadits? Dalil? Banyak. Bejibun. Ngga kurang-kuranglah.
Tinggal kitanya aja gimana. Nah, sekarang, jika ada di antara kita yang terlanjur
jadi aktifis dalam pacaran... gimana dong enaknya? #eaaa :)
Pertama-tama
sebaiknya masing-masing jujur pada diri sendiri, bahwa ada sesuatu yang hilang
selama beraktifitas pacaran. Bisa cek tuit kmrn. (?). Kedua, jangan kuatir soal
"siapa yang akan mengisi hati". Perempuan yang baik, niscaya jodohnya
adalah laki-laki yang juga orang baik. Ingat, salah satu hikmah Adam dan Hawwa
diturunkan terpisah di bumi adalah agar masing-masing bersabar dan berusaha
sebaik mungkin. Maka kita juga harus
bersabar dan terus memperbaiki diri. Siapa pun yang bukan jodoh kita, bukanlah
yang terbaik untuk kita. Pasti. Jaga baik-baik diri kita, persiapan to the max untuk sebuah ikatan suci yang
Allah teguhkan dalam al-Quran. Tidak perlu pake pacarannn, tuips. Yakinlah, bahwa Allah takkan mengingkari janji-Nya.
Ia Yang Maha Sempurna, Ia lebih mengetahui tentang diri dan jodoh kita.
Sekian dulu tentang
pacaran, tuips... semoga bermanfaat. Mohon maaf kalau ada yang kurang berkenan
atas kultuit ulangan dari beberapa bulan lalu ini. ;D
Sumber: Kultuit @PKSJerman
Di rekam Ulang oleh :
@PKSumbersuko



