Sang Teladan dari Lumajang

Sabtu, 25 Juni 2011

Sang Teladan merupakan suatu program pencarian dan pemberian penghargaan kepada orang-orang yang telah mendedikasikan hidupnya tanpa pamrih bagi pelayanan di bidang kesehatan.

Sang Teladan bisa merupakan sosok pengabdi di bidang kesehatan yang mempunyai latar belakang pendidikan medis maupun non-medis, dengan kegiatan pelayanan kesehatan yang bersifat kuratif, rehabilitatif, preventif, maupun promotif.

Kegiatan yang mereka lakukan bukan hanya merupakan perencanaan belaka tetapi telah dilaksanakan dan terbukti secara nyata dapat meningkatkan taraf kesehatan orang-orang yang mereka layani.
Sang Teladan adalah sosok yang telah memberikan pengabdian lebih dari pada apa yang diminta dari tuntutan pekerjaan mereka di bidang kesehatan, dan pengabdiannya dapat menjadi insipirasi yang menggugah orang lain untuk memberikan pengabdian yang total dalam pekerjaan masing-masing, khususnya di bidang kesehatan. 

Dari Kabupaten Lumajang terdapat kandidat yang bernama Widarti, siapa Widarti berikut Profilnya:



Widarti adalah sosok perempuan desa yang penuh semangat kemandirian dan tidak pernah menyerah dalam keterbatasannya. Tidak mudah bagi Widarti untuk menaklukkan tantangan dan penerimaan warga atas kehadirannya sebagai warga baru, saat ia harus berpindah mengikuti suaminya di tahun 2000, dari daerah kelahirannya di Jember ke desa asal suaminya yang teduh di Klakah, Kabupaten Lumajang. Saat ini Klakah adalah sebuah desa yang dihuni oleh 8000 orang warga, dari 2500 KK, dan mempunyai 10 buah posyandu.

Keterbatasan pendidikan Widarti, tidak pernah membatasi pemikiran-pemikirannya untuk menjadi sosok yang membangun bagi keluarganya bahkan bagi desanya. Di awal kepindahannya ke Klakah, saat keuangan keluarganya terasa sulit, Widarti pun berinisiatif untuk menjadi sosok penopang dalam rumah tangganya, dengan bekerja menerima jasa menjahit baju sebagai mata pencaharian bagi keluarganya. 

Widarti memulai pengabdiannya di Klakah sebagai seorang kader kesehatan yang mengabdi secara suka rela di Posyandu Klakah. Program yang dilakukan oleh Widarti pertama kali adalah meningkatkan sanitasi lingkungan dengan menggerakkan warga untuk mempunyai jamban di rumah masing-masing. Hal yang tampak sepele ini rupanya tidak mudah untuk dilakukan oleh Widarti, karena kebiasaan warga desanya untuk membuang hajat di sungai yang mengalir di tengah desa. Saat pertama kali melakukan pendataan, ada sekitar 500KK di desanya yang belum mempunyai jamban sendiri dengan berbagai alasan. Berkat bantuan seorang rekannya di dinas kesehatan Lumajang, Widarti dan bebeberapa orang kadernya berhasil memperoleh kesempatan pelatihan sanitasi dan pembuatan jamban di Fakultas Kesehatan Masyarakat di salah satu universitas di Jawa Timur. Mulai dari situ, Widarti menggerakkan arisan bagi warga dan mendorong warga untuk memiliki jamban sendiri, yang dibangun dengan biaya murah, sekitar Rp 150,000,-/ jamban. Tiga tahun setelah program berjalan, Widarti boleh dibilang berhasil mengentaskan warga desanya dari ketiadaan jamban di dalam rumahnya. Hanya tersisa sekitar 100 rumah kontrakan yang tidak mempunyai jamban, namun penghuninya sudah menghilangkan kebiasaan untuk membuang kotoran di sungai, dan menggunakan jamban bersama atau jamban tetangga sebagai sarana kebersihan. 

Beberapa tahun setelah kepindahannya ke Klakah, suami Widarti dipilih oleh warga desa untuk menjadi kepala desa di Klakah, dan kesempatan ini dipakai oleh Widarti secara cerdik untuk mendorong kemandirian warga lebih banyak lagi terutama dalam hal kesehatan.

Satu hal yang selalu mengusik hati Widarti adalah kesejahteraan dan kemandirian para kader kesehatan di desanya yang pada umumnya wanita, yang dirasa sangat kurang. Bukan hanya itu saja, ada beberapa orang dari kadernya yang masih buta huruf, atau bahkan belum menyelesaikan pendidikan dasarnya. Widarti percaya, bahwa kader adalah kepanjangan tangannya ke masyarakat. Bila kader kesehatan itu sendiri kurang sejahtera atau bahkan tidak mempunyai pengetahuan cukup, akan sulit bagi para kader kesehatannya untuk membagikan ilmu dan menginspirasi warga dalam meningkatkan kesehatannya. 

Semula Widarti berinisiatif melakukan beberapa pelatihan bagi kadernya seperti menjahit atau pembuatan kripik. Namun di tahun 2009, dengan bantuan dana dari salah satu universitas di Malang, Widarti memperoleh dana sebesar Rp 5 juta yang digunakan untuk membeli itik dan pakannya, dan setiap posyandu binaannya mulai memelihara 100 itik, yang dibagi untuk kesejahteraan 5 orang kader di tiap posyandunya. Hasil dari keuntungan penjualan itik setelah dipanen, harus disisihkan sebesar 10-20% bagi kas operasional posyandu. Inisiatif ini ternyata berbuah baik dan memberikan hasil yang menggembirakan, sehingga banyak dari kader posyandu yang mengembangkan usaha ini sebagai sarana kemandirian keluarga, dan banyak pula warga lain yang mencontoh pengembangan itik ini sebagai salah satu mata pencahariannya.

Bukan hanya kegiatan itu saja, Widarti juga terdorong untuk menggerakkan kegiatan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk), yang berawal dari adanya wabah Chikunguya dan demam berdarah di tahun 2009 di Klakah. Berkat bantuan seorang rekannya, Widarti dan beberapa orang kadernya berhasil mendapatkan pelatihan sebagai Jumantik (Juru Pemantau Jentik) di dinas kesehatan propinsi Jawa Timur. Tidak mudah bagi Widarti untuk mengetuk hati warganya untuk membukakan pintu bagi para tenaga jumantik untuk memeriksa bak kamar mandi mereka. Sering kali kedatangan para jumantik diiringi dengan pertanyaan dan kecurigaan warga pemilik rumah. Widarti tidak pernah kehabisan akal. Ia berinisiatif untuk membuat sebuah sticker ucapan terima kasih dari bupati, yang ditempelkan di dinding rumah warga yang sudah bebas dari sarang nyamuk. Merupakan suatu kebanggaan bagi warga apabila rumanya dinyatakan bebas dari sarang nyamuk oleh bupati. Cara cerdik ini sudah berhasil membantu mempermudah kegiatan tenaga jumantik Widarti untuk memeriksa sarang nyamuk di rumah warga. 

Widarti juga mempunyai kepedulian yang cukup besar atas keselamatan ibu dan anak dalam proses persalinan sehingga Widarti berinisiatif untuk menggunakan Tabulin (Tabungan Ibu Bersalin sebesar Rp 1,000,-/ hari) sebagai sarana untuk memantau para ibu hamil agar melahirkan di tenaga kesehatan, dan bukan di dukun beranak yang kurang mendapatkan pelatihan secara medis. Tidak mudah bagi Widarti untuk mengubah pola pikir warganya untuk menyiapkan dana kesehatan, khususnya saat persalinan ibu hamil ini. Namun Widarti selalu berpesan agar para kader posyandunya melakukan pendekatan dan penjelasan yang benar kepada warganya. Dengan pengumpulan dana di kader posyandu ini, secara otomatis ibu hamil akan terpantau keberadaannya, dan para kader dapat selalu mengingatkan ibu hamil untuk menggunakan jasa tenaga kesehatan saat melahirkan nanti. 

Widarti masih mempunyai beberapa harapan dan cita-cita yang ingin ia wujudkan bagi kesejahteraan warganya di bidang kesehatan. Salah satu di antaranya adalah persiapan bank darah bagi desanya untuk menghadapi kondisi persalinan ibu yang mengalami komplikasi atau kegawatdaruratan yang lain. 


Widarti, adalah sosok wanita yang tidak mudah putus asa. Ia bertekad untuk terus melanjutkan perjuangannya dalam meningkatkan kesehatan warga desa Klakah dan menyadarkan para wanita akan pentingnya kemandirian, dan tidak bergantung kepada orang lain.
Klik disini untuk memberikan dukungan.
Share this Article on :
 

© Copyright DPC PKS Sumbersuko Lumajang 2010 -2011 | Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.