Pers Indonesia kini tak Netral, Berpihak dan Tendensius

Selasa, 15 Juli 2014

Fenomena ‘media massa simpatisan capres-cawapres’ turut disoroti oleh Pendiri dan Direktur Media Watch Surabaya Sirikit Syah. Ia menduga, fenomena ini muncul karena faktor ideologis dan bisnis, serta didukung oleh dalang-dalang yang mencurigakan.

“Saya prihatin atas merosotnya mutu jurnalisme dan hilangnya integritas pers sebagai lembaga independent(akibat ‘media simpatisan capres’.Red),” ungkapnya yang tengah berada di Surabaya, Jawa Timur, kepada hidayatullah.com melalui pesan seluler, Selasa (15/07/2014) siang.

Sirikit Syah mengatakan, sebagai pilar keempat, pers Indonesia kini tak lagi netral. Tetapi telah berpihak, tendensius, bias, bahkan tak malu-malu menjadi corong propaganda politik.
Padahal, menurutnya, membangun kepercayaan publik dan reputasi terhadap sebuah media tidak mudah. Perlu waktu lama dan biaya mahal.

Hal itu, katanya, telah dikorbankan oleh para pemilik media demi kepentingan sesaat dan segolongan. “‘Kegilaan’ ini melanda semua media, tak hanya yang ‘abal-abal’, tapi juga justru mediamainstream, yang pengaruhnya lebih besar pada rakyat. Saya tidak heran kalau Aburizal Bakri dan Harry Tanoe korbankan medianya. Mereka bukan orang pers,” sebut Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi – Almamater Wartawan Surabaya (Stikosa-AWS) ini.

“Yang saya heran orang yang jadi panutan kami di dunia pers selama ini: Dahlan Iskan, Surya Paloh, Jacob Oetama, Goenawan Mohamad… Ikut-ikutan mengorbankan kredibilitas dan reputasi medianya. Saya heran,” lanjutnya sembari menyebut nama-nama pemilik mediamainstream di Indonesia.

Dia pun mengungkap, ada dalang besar yang kaya raya, yang sanggup menggelontorkan dana kepada media-media besar untuk mengusung salah satu capres.
“Ambisi berlebihan seperti ini justru patut dicurigai,” pesannya mewanti-wanti tanpa menyebut dalang yang dimaksud.* (hidayatullah)


Share this Article on :
 

© Copyright DPC PKS Sumbersuko Lumajang 2010 -2011 | Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.