Islam dan umat Islam bukanlah ancaman bagi Indonesia. Justru Islam adalah solusi untuk negeri kita, ujar Abu Ulya dalam acara Dirosah Syar’iyyah di Jakarta pada Sabtu (9/10) lalu.
Dirosah Syar’iyyah edisi ke 10 yang diselenggarakan oleh Lajnah Tsaqafiyyah DPP mengangkat tema “Akar Kekerasan di Dunia Islam, Jihad dan Imperialisme Amerika Serikat”. Acara diselenggarakan di salah satu Aula Kampus Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Binawan di kawasan Kalibata Jakarta.
Sekitar 90 peserta hadir dalam acara tersebut, tampil sebagai nara sumber: Ustadz Harits Abu Ulya (ketua Lajnah Siyasiyah DPP HTI) dan KH. Hafidz Abdurrahman, MA (Ketua Lajnah Tsaqafiyyah DPP HTI).
Di tengah-tengah gencarnya propaganda War on Terrorisme (WOT) yang dikomandoi oleh AS, dan upaya pembubaran ormas dan kelompok Islam ‘garis keras’ yang digalang oleh pihak-pihak yang phobi terhadap Islam, kedua nara sumber menyampaikan materi yang sangat mencerahkan.
Dalam makalahnya yang berjudul Akar Kekerasan di Dunia Islam & Imperialisme, Ust. Harits Abu Ulya menyampaikan kesimpulan sbb:
Kontra terorisme dan radikalisme di Indonesia dilatarbelakangi dan didorong oleh kondisi global terancamnya penjajahan Barat atas dunia Islam. Proyek ini tidak ditujukan untuk pemberantasan terorisme semata, sebab yang mereka targetkan adalah ulama, aktivis, dan kelompok Islam ideologis yang memperjuangkan syariah dan khilafah dengan metode intelektual non kekerasan. Proyek ini meniscayakan penciptaan opini manipulatif bahwa kaum radikal yang mengusung ide syariah dan khilafah terkait dengan terorisme.Atau dalam bentuk provokasi lain, seperti (bualan) yang diungkapkan Ariel Cohen, document RAND -Muslim world afther 9/11: “Hizbut Tahrir al Islami adalah ancaman bagi kepentingan AS dan negara-negara dimana mereka beroperasi.Mereka memiliki 5000 hingga 10 ribu anggota inti radikal, dan banyak pendukung di bekas Soviet, Asia Tengah…hampir 10 ribu anggotanya aktif di Pakistan, Syiria, Turki dan Indonesia..Dengan mengemban sikap keras anti-Amerika, berusaha menumbangkan rezim yang ada, serta menyiapkan kader bagi organisasi Islam yang lebih radikal, Hizb menunjukkan ancaman bagi kepentingan AS di Asia Tengah dan dimana saja di dunia Islam tempat rezim moderat berada..”
Islam dan umat Islam bukanlah ancaman bagi Indonesia. Justru Islam adalah solusi untuk negeri kita. Inilah yang diemban Hizbut Tahrir membangun kesadaran umat; bahwa akar masalah di negeri kita karena tidak diterapkannya syariah Islam. Sedangkan penjajahan di Indonesia dan sistem kufur adalah faktor utama yang menghalangi penerapan syariah. Untuk itu umat harus bersatu memutus mata rantai penjajahan di Indonesia demi tegaknya syariah dan khilafah.
Sementara KH. Hafidz Abdurrahman, dalam makalahnya membedah Hukum Jihad dan sekaligus membedakannya dengan imperialisme:
- Empat imam mazhab sepakat, bahwa jihad adalah mengerahkan seluruh kemampuan untuk berperang di jalan Allah, dalam rangka menjunjung tinggi kalimah Allah, baik secara langsung maupun tidak.
- Jihad ofensif (al-Jihad al-Ibtida’i): Jihad bukan karena diperangi musuh, tetapi untuk memerangi kaum Kafir, agar memeluk Islam atau tunduk di bawah Negara Islam. Hukumnya fardhu Kifayah.
- Jihad defensif (al-Jihad ad-Difa’i): Jihad karena diperangi musuh. Hukumnya fardhu ‘Ain.
Jika tidak bersedia, baru diperangi, dengan tetap tidak boleh membunuh wanita, anak-anak, orang tua, pendeta, merusak tempat ibadah, rumah dan menghancurkan pepohonan, dan sebagainya..
Hasilnya?
- Bangsa, suku, ras, bahasa yang berbeda-beda berhasil dilebur dalam wadah Negara Islam. Lahir ulama’ bahasa Arab dari Persia (Sibawaih), Afrika (as-Suyuthi); ahli Balaghah dari Uzbekistan (Zamakhsyari); ahli hadits dari Rusia (al-Bukhari), dsb.
- Di zaman ‘Umar tidak ada kezaliman terhadap Ahli Dzimmah.
- Di zaman ‘Umar bin ‘Abdul ‘Azizi, tidak ada lagi kemiskinan di Afrika, dan negeri-negeri yang ditaklukkan .
Sementara imperialisme adalah penjajahan untuk menguasai bangsa dan negerinya, agar bisa dikuras untuk memperkuat negara penjajah, serta melemahkan dan memiskinkan negara yang dijajah.
Hasilnya?
- AS melakukan invasi militer ke: Cina (1946-1950); Filipina (1950-1952); Guatemala (1954); Kuba (1958-1959); Libanon (1958); Laos (1960-1973); Vietnam (1960-1965); Zaire (1960-1965); Yaman Utara (1962-1969); Rep Dominika (1965); Guatemala (1966-1989); Kamboja (1970-1975); Yordania (1970); Pakistan (1971); Srilangka (1971); Muslim Filipina (1972-1989); Komunis Filipina (1972-1989); Angola (1975-1989); Afganistan (1978-1989); Iran (1978-1989); Nicaragua (1978-1979); Elsavador (1979-1989); Chad (1980-1987); Korsel (1980); Mozambique (1981-1989); Nicaragua (1981-1989); Zimbabwe (1983); Srilangka (1984-1989); Sudan (1984-1989); Somalia (1988); Irak-Kuwait (1991); Bosnia (1997); Iraq (1998); Kosovo (1999); Irak (2003-2010); Afganistan (2002-2010) (Mi Yung Yoon, Explaining US Intervention in Third Wordl Internal War, 1945-1989: 1997)
- Mark Curtis mencatat, bahwa Inggris bertanggungjawab atas kematian 10 juta orang sejak 1945 dalam berbagai konflik atau operasi militer di mana mereka memainkan peranan langsung atau saat mendukung operasi yang dilakukan sekutunya, AS (Mark Curtis, Declassified: Rogue State Britain, Januari 10 th: 2007).
- Lebih dari 1,5 juta penduduk Irak kehilangan rumah, dan terusir dari rumahnya (UNHCR, Update on the Iraq Situation, November: 2006).
- Perusahaan senjata tahun 2003, meraup untung $ 100 juta di Irak dan Afganistan.
Pada tahun 2003: Perusahaan konstruksi Halliburton Pentagon mendapat kontrak dari USD 900 juta menjadi USD 3,9 milyar (naik 700%); Lockheed Martin USD 21,9 milyar; Boeing USD 17,3 milyar; Northrop Grumman USD 16,6 milyar hingga USD 50 milyar.
Penyiksaan di penjara Guantanamo, Abu Ghuraib, dan penjara-penjara rahasia CIA yang ada di sejumlah negeri kaum Muslim. - Dunia Islam: Afrika, Asia Tenggara, Asia Tengah, Timur Tengah tetap menjadi negara miskin dan terbelakang..[islamedia]