Perjanjian Antara Amerika, Israel dan Mesir
Perjanjian 1979 itu disoroti sebagai kebijakan yang tidak populer selama tiga dekade terakhir. Kebijakan presiden Husni mubarak itu juga dinilai banyak pihak menjadi kunci bagi kebijakan AS di kawasan Timur Tengah.
Meskipun perjanjian perdamaian telah berjalan selama tiga dasawarsa dan perdagangan terbatas terjadi antara kedua negara, pandangan rakyat Mesir terhadap Israel tetap masih buruk, terutama karena persepsi bahwa Israel menganiaya rakyat Palestina.
Jajak pendapat itu juga mengungkapkan bahwa sebagian besar rakyat Mesir optimis tentang masa depan negara mereka setelah revolusi 25 Januari, dan mereka berharap terciptanya demokrasi yang lebih besar di negara mereka.
Jatuhnya pemimpin otoriter Mesir dan munculnya angin segar demokrasi, bagaimanapun, dapat mengancam hubungan dengan Israel. [AN/EM]
Lebih dari separuh rakyat Mesir menginginkan perdamaian tahun 1979 antara Mesir dan Israel dibatalkan. Demikian hasil jajak pendapat yang dirilis Pew Research Center, Senin (25/4).
Menurut hasil jajak pendapat yang dilakukan 24 Maret hingga 7 April ini, 54 persen (sekitar 48 juta jiwa) rakyat Mesir menginginkan perjanjian itu dibatalkan. Sebaliknya, hanya 36 persen rakyat Mesir yang mendukung mempertahankan perjanjian damai tersebut.
Menurut hasil jajak pendapat yang dilakukan 24 Maret hingga 7 April ini, 54 persen (sekitar 48 juta jiwa) rakyat Mesir menginginkan perjanjian itu dibatalkan. Sebaliknya, hanya 36 persen rakyat Mesir yang mendukung mempertahankan perjanjian damai tersebut.
Perjanjian 1979 itu disoroti sebagai kebijakan yang tidak populer selama tiga dekade terakhir. Kebijakan presiden Husni mubarak itu juga dinilai banyak pihak menjadi kunci bagi kebijakan AS di kawasan Timur Tengah.
Meskipun perjanjian perdamaian telah berjalan selama tiga dasawarsa dan perdagangan terbatas terjadi antara kedua negara, pandangan rakyat Mesir terhadap Israel tetap masih buruk, terutama karena persepsi bahwa Israel menganiaya rakyat Palestina.
Jajak pendapat itu juga mengungkapkan bahwa sebagian besar rakyat Mesir optimis tentang masa depan negara mereka setelah revolusi 25 Januari, dan mereka berharap terciptanya demokrasi yang lebih besar di negara mereka.
Jatuhnya pemimpin otoriter Mesir dan munculnya angin segar demokrasi, bagaimanapun, dapat mengancam hubungan dengan Israel. [AN/EM]