Tingginya angka pengangguran di Kabupaten Lumajang, menuntut Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Lumajang mencari terobosan-terobosan baru.
Salah satunya adalah program pemberdayaan yang menyentuh langsung kebutuhan rakyat. Hal ini disebabkan jumlah pengangguran sudah mencapai 20 ribu lebih.
"Masyarakat butuh kehidupan, dan untuk itu dibutuhkan pekerjaan," kata Kepala Disnakertrans Kabupaten Lumajang, Moch Ismail.Maka dari itu Disnakertrans telah menawarkan beberapa alternatif, dengan harapan, mampu mengubah kehidupan mereka sehingga lebih baik. Bantuan yang di berikan lebih banyak sebagai stimulan, pemacu semangat agar masyarakat memiliki kesempatan untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Alternatif lain yang masih bisa diberikan adalah menjadi TKI/TKW atau transmigrasi, tambah Ismail.
Selama ini program-program ketenagakerjaan yang ditawarkan Disnakertrans dapat dirasakan langsung oleh masyarakat. Dalam memberikan bantuan, disamping tepat sasaran Disnakertrans juga tidak membiarkan begitu saja. Tetapi Tetap terus menindaklanjuti dengan berbagai langkah, misalnya pembinaan secara berkelanjutan dan berkesinambungan sehingga memberikan pengaruh yang signfikan bagi para penerima bantuan. Hal ini menjadi perhatian untuk tahun 2011 ini.
Sepanjang tahun 2010 lalu Disnakertrans Kabupaten Lumajang telah banyak menyalurkan bantuan baik berupa permodalan, peralatan, maupun pelatihan ketrampilan kerja.
"Biasanya bantuan tersebut berasal dari proposal masyarakat, disamping memang sudah diprogramkan oleh Disnakertrans sendiri," papar Ismail.
Agar setiap bantuan tepat sasaran, Disnakertrans menerapkan kriteria yang cukup ketat, artinya tidak semua proposal mesti disetujui. Disnakertrans melakukan survey terlebih dahulu terhadap calon penerima bantuan, agar bantuan tersebut benar-benar bermanfaat bagi yang bersangkutan.
Sebut saja, pada 15-19 Pebruari 2010 Disnakertrans mengadakan pelatihan ketrampilan pembuatan paving stone dan bataco di Desa Selok Awar-Awar Pasirian yang diikuti 20 orang penduduk setempat. Peserta diajari membuat batako dan paving stone mulai dari nol, termasuk praktek langsung di lapangan. Pada kesempatan tersebut, Disnakertrans juga memberikan bantuan peralatan yang bisa digunakan secara bersama-sama dalam kelompok. Pelatihan selama 5 hari tersebut menelan anggaran sebanyak Rp 41 juta lebih yang berasal dari DBHCHT(cukai tembakau).
Pada saat yang hampir bersamaan juga diadakan pelatihan pembuatan kripik pisang dan talas di Desa/Kec. Candipuro. Sengaja ditempatkan di Candipuro karena wilayah tersebut dikenal sebagai salah satu sentra tanaman pisang dan talas. Tujuannya agar masyarakat setempat memilki ketrampilan yang disesuaikan dengan potensi yang dimilikinya. Hal yang sama berlaku juga untuk pelatihan budidaya ternak kambing ettawa yang diadakan di Desa Sidomulyo Pronojiwo. Desa yang berbatasan langsung dengan hutan tersebut memiliki potensi pakan ternak yang dibutuhkan oleh kambing ettawa. Pesertanya cukup banyak, lebih dari 60 orang. Ini menunjukkan bahwa penduduk setempat sangat antusias dengan pelatihan tersebut karena dianggap pas dengan kebutuhan. Pelatihan ini cukup lama, dimulai pada 15 Mei dan berakhir 10 Juni 2010. Tak heran jika anggarannya cukup besar, yakni 105 juta lebih yang berasal dari APBN.
Bagi mereka yang suka dengan dunia perikanan, Disnakertrans juga pernah memberikan pelatihan budidaya ikan air tawar di Desa Jatisari Tempeh yang diikuti 63 orang warga setempat. Ini termasuk kegiatan yang sifatnya padat karya produktif.
“Kita juga memberikan pelatihan terapan tekhnologi tepat guna. Intinya, sekiranya bisa meningkatkan taraf hidup masyarakat dan mengurangi angka pengangguran. Termasuk di dalamnya padat karya pembuatan jalan. Kita tidak membiarkan begitu saja, tetapi setelah bisa kita juga mengupayakan jalan keluarnya. Pemasarannya juga kita pikirkan, kita menjajagi kerjasama dengan pihak lain agar ada kesinambungan produksi,” terangnya.