Tidak terasa kita sudah melewati bulan Ramadhan 1432H. Semoga ibadah-ibadah yang kita lakukan selama bulan Ramadhan ini diterima Allah swt. Serta dapat meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kita yang terimplementasikan dalam kehidupan keseharian kita. Semoga kita masih diberikan kesempatan oleh Allah SWT untuk menikmati Ramadhan 1433H.
Sudah
sepantasnya dengan berakhirnya Ramadhan ini kita melakukan introspeksi diri. Introspeksi sejauh mana pengaruh positif
ibadah selama bulan ini berdampak terhadap akhlak dan perilaku keseharian kita.
Karena sesungguhnya
indikator keberhasilan suatu ibadah bukan hanya ditentukan pada saat ibadah tersebut
dilakukan. Tetapi bagaimana ibadah tersebut juga berdampak pada perilaku
sesudahnya.
Misal, Shalat akan makbullah (diterima) saat shalat tersebut dilakukan dengan penuh kesungguhan. Shalat memenuhi syarat dan rukunnya, dan dapat mencegah kita dari perbuatan keji dan mungkar. “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS 29:45).Contoh lain, Ibadah haji kemabrurannya selain ditentukan kegiatan-kegiatan ibadahnya. Mabrurnya ibadah haji juga ditentukan oleh perilaku sesudahnya. Imam Hasan Al-Basri menyatakan haji mabrur adalah an yakuna ahsana min qoblu wa an yakuna qudwata ahli baladihi (Perilakunya jauh lebih baik dibandingkan dengan sebelum haji dan menjadi panutan bagi masyarakat sekitarnya). Demikian pula halnya dengan ibadah shaum yang kita lakukan di bulan suci Ramadhan ini.
Misal, Shalat akan makbullah (diterima) saat shalat tersebut dilakukan dengan penuh kesungguhan. Shalat memenuhi syarat dan rukunnya, dan dapat mencegah kita dari perbuatan keji dan mungkar. “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS 29:45).Contoh lain, Ibadah haji kemabrurannya selain ditentukan kegiatan-kegiatan ibadahnya. Mabrurnya ibadah haji juga ditentukan oleh perilaku sesudahnya. Imam Hasan Al-Basri menyatakan haji mabrur adalah an yakuna ahsana min qoblu wa an yakuna qudwata ahli baladihi (Perilakunya jauh lebih baik dibandingkan dengan sebelum haji dan menjadi panutan bagi masyarakat sekitarnya). Demikian pula halnya dengan ibadah shaum yang kita lakukan di bulan suci Ramadhan ini.
Ibadah shaum
harus berdampak terhadap akhlak dan perilaku kita, yang terkait dengan nilai-nilai
ketakwaan. Misalnya, seperti yang digambarkan dalam QS. Ali-Imran ayat 17.
“(yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahkan
hartanya (di jalan Allah). Dan yang memohon ampun di waktu sahur.” (QS 3:17) .
Semoga kita
semua menjadi pribadi yang memiliki akhlak yang jauh lebih baik lagi pasca
ramadhan ini. Amin. Di waktu berikutnya, Saya insya Allah akan menjelaskan 5 (lima)
perilaku utama alumni Ramadhan berdasarkan QS 3:17. (bersambung)
Oleh: Ust. Didin Hafidhuddin –(
Ketua Umum BAZNAS, Guru Besar IPB, Direktur Pascasarjana UIKA Bogor, Dewan
Syariah Nasional MUI, dan Sekjen World Zakat Forum )–