Partai Keadilan Sejahtera (PKS) identik dengan kontroversi.
Mulai soal bergesernya PKS menjadi partai tengah, ide menjadikan
Soeharto sebagai pahlawan, hingga yang terbaru, pembubaran KPK.
Menariknya, kontroversi itu sama sekali tak mempengaruhi elektabilitas
PKS. Mengapa?
PKS bisa disebut partai inovatif. Dalam beberapa tahun terakhir, partai ini menghadirkan berbagai kejutan yang kadang 'out of the box'.
Bahkan tak jarang menimbulkan polemik di tengah publik. Hujatan dan
cemooh tak jarang diterima partai ini. Namun, PKS tetap bergeming. Hasil
pemilu bukti nyatanya.
Kontroversi yang juga muncul di internal
dan eksternal PKS dalam praktiknya mampu dikelola dengan baik oleh
partai ini. Seperti saat 2008 lalu dengan mendeklarasikan diri sebagai
partai tengah, polemik langsung bermunculan baik di internal maupun di
eksternal. Apalagi, dalam momentum Mukernas Partai pada 2008, PKS
memilih Denpasar, Bali. Daerah yang jelas bukan basis konstituen PKS.
Tidak
terhenti di situ, momentum hari pahlawan nasional pada November 2008,
melalui advetorial yang di berbagai media, menyorongkan mantan Presiden
Soeharto sebagai pahlawan nasional. Langkah ini menuai hujatan publik.
Terutama mereka melihat sisi kelam pemerintahan Orde Baru.
Yang
terbaru, terkait pernyataan Ketua DPP PKS Fahri Hamzah tentang
pembubaran KPK. Pernyataan ini berpijak pada kritiknya terhadap kinerja
KPK yang tak maksimal. Kritik Fahri ini sontak memancing reaksi keras
dari berbagai pihak termasuk KPK dan kalangan LSM. Apakah kontroversi
yang terbaru ini akan mepengaruhi elektabilitas PKS dalam Pemilu 2014
mendatang?
Sekretaris Jenderal PKS Anis Matta meyakini,
kontroversi yang muncul akibat ide Fahri Hamzah sama sekali tidak akan
mempengaruhi terhadap elektabilitas terhadap PKS dalam Pemilu mendatang.
"Dulu waktu menyuarakan Pak Harto menjadi pahlawan, banyak yang
menyebut PKS tamat. Namun nyatanya Pemilu 2009 kursinya naik 12,"
katanya.
Terkait kontroversi terbaru yang dilontarkan Fahri
Hamzah, Wakil Ketua DPR ini juga tetap optimistis tidak akan berpengaruh
terhadap PKS. "Jangan pikir kita ini dianggap tidak punya itung-itungan
politik," selorohnya.
Koordinator Hukum dan Monitoring Peradilan
ICW Febridiansyah mengatakan tidaklah mustahil ide yang muncul dari
Fahri Hamzah terkait pembubaran KPK akan berpengaruh pada elektabilitas
PKS. "Bukan tidak mungkin akan terjadi penurunan suara atau apa yang
diagendakan PKS ke depan tidak tercapai hanya karena personal-personal
yang kontroversial," ujarnya.
Jika menilik perolehan suara PKS
dalam dua pemilu terakhir ini tidak mengalami penurunan. Justru suara
PKS meningkat dalam Pemilu 2009 dibanding Pemilu 2004. Perolehan suara
PKS dalam Pemilu 2004 mencapai 7,34 persen. Dalam Pemilu 2009 lalu,
perolehan PKS meningkat sedikit dengan memperoleh 7,8 persen.
Prediksi
suara PKS merosot juga muncul dari serangkaian riset politik. Seperti
menjelang Pemilu 2009 lalu, Februari 2009 Lembaga Survei Indonesia (LSI)
memprediksikan PKS hanya memperoleh suara 5,7 persen saja. Namun
kenyataannya, dalam Pemilu Legislatif April 2009, PKS memperoleh suara
7,8 persen.
Soliditas kader yang ditopang d struktur partai yang
mapan, menjadikan partai ini tak goyah oleh 'serangan udara' yang muncul
di publik. PKS yang dicitrakan sebagai pro Soeharto akibat iklan media
massa nyatanya tak ampuh. Fakta ini yang menjadikan PKS tetap yakin, PKS
yang dicitrakan 'Anti-Korupsi' imbas pernyataan Fahri juga diyakini
sama, tak berpengaruh pada elektabilitas partai. Apalagi, publik Tanah
Air mudah lupa. Pemilu masih tiga tahun lagi. [TKP]