Artono Bisnis Mulai dari NOL

Jumat, 18 November 2011

Ir. H. Artono
Kisah Artono dalam menjalankan usaha patut disimak, bagaimana langkah pria kelahiran Lumajang  itu memulai usaha dari nol pada 1989 di Ngingas, Waru, Kab. Sidoarjo. Kemudian dalam perjalanannya kini memiliki industri komponen listrik, kompor elpiji/Liquid Petroleum Gas (LPG) dan bergerak lagi menangani cold storage. Industri tersebut ditunjang dengan fasilitas produksi/pabrik cukup besar yang dibangun di bilangan Ambeng-ambeng Selatan, Waru, Kab. Sidoarjo.

Bidang usaha yang digelutinya itu memanfaatkan bahan baku dari logam, dimana harus ditunjang penguasaan teknologi tertentu agar menghasilkan produk berkualitas. Dan tentunya dapat diterima pasar.
Perjalanan bisnis Artono tidak selalu mulus. Di tengah perjalanan dalam menekuni usaha sempat mengalami jatuh bangun, tetapi dengan kegigihan dan belajar dari kondisi yang menimpanya dapat bangkit.

Jadi pengusaha itu tidak boleh kapok saat mengalami kerugian atau kejatuhan, melainkan harus bangun lagi untuk memperbaiki serta menata aspek-aspek dalam menjalankan bisnis agar lebih baik,” tuturnya. Aspek yang dimaksudkannya antara lain soal manajemen dan membaca situasi yang sedang terjadi, untuk melangkah ke masa depan yang lebih baik. Maka pengusaha harus memiliki semangat baja, tidak mudah menyerah dengan keadaan yang kurang menggembirakan.

Saat itu, pada tahun 2000, Artono di bawah bendera PT Arto Metal mulai memproduksi kompor berbahan bakar minyak tanah berbahan baku stainless steel dengan merek dagang Geni. Ditunjang dengan divisi pemasaran cukup gigih, penjualannya cenderung meningkat hingga mencapai 25.000 unit per bulan yang ditujukan ke berbagai wilayah di dalam negeri.

Usaha yang dikembangkan bertahun-tahun itu langsung anjlok ketika pemerintah memprogramkan konversi bahan bakar minyak tanah ke LPG. Puluhan ribu produk kompor Geni tidak terserap pasar, dan volume penjualannya turun menjadi hanya 5.000 unit per bulan.

“Masyarakat waktu itu cenderung menunggu pembagian kompor gas gratis dari pemerintah. Otomatis saya rugi besar sebab produk kompor minyak tanah Geni tidak terserap pasar dan peralatan mesin produksinya pun [yang membutuhkan investasi tidak kecil] mangkrak,” papar Artono.

Namun, dia memandang peluang lain yakni pembuatan kompor gas, terlebih-lebih pemerintah membuka tender bagi para produsen kompor gas yang akan dibagikan kepada masyarakat. Artono lantas menambah mesin baru untuk memproduksi kompor gas dengan menggunakan bahan baku baja lembaran produksi PT Krakatau Steel dan mata tungku dari Klaten, Jawa Tengah.

Tentu usaha itu membutuhkan tambahan dana investasi tidak kecil, dan Artono terpaksa menjual sejumlah barang termasuk mobil-mobil yang telah dimilikinya.Dia pun berhasil mengikuti tender pemerintah berupa pengadaan kompor gas satu tungku berjumlah ratusan ribu unit, dengan bendera PT Arto Metal Internasional. Selain itu, produk kompor gas itu pun dilempar ke pasaran dengan merek dagang Armet berharga jual Rp100.000 – Rp250.000 per unit jenis dua tungku.

Peralihan dari produksi kompor minyak tanah ke kompor gas hingga terpasarkan berlangsung sedikitnya satu tahun, dimana Artono tidak dapat berjualan. Tetapi kini bisnis kompor gas Artono semakin ‘menyala’, meskipun persaingan usaha itu cukup ketat.

Dari nol
Untuk  mengembangkan pengoperasian pabrik kompor, Artono ditunjang dana permodalan yang dikumpulkan bertahun-tahun secara susah payah. Soalnya, di masa awalnya tidak memiliki modal. “Saya memulai usaha dari nol, di antaranya memproduksi perhiasan dari perak sistem kemitraan yang dipasarkan ke Bali seusai lulus dari ITS,” papar insinyur teknik kimia itu.

Dengan memanfaatkan modal tidak besar, dia  pun lantas menerjuni pembuatan komponen listrik mini circuit breaker (MCB) dengan memenuhi order dari sejumlah perusahaan skala multinasional seperti Schneider dan ABB. Usaha itu cukup menguntungkan, karena order diberikan secara berkesinambungan hingga kini. Dengan adanya pendapatan tetap dari produk MCB, Artono bisa melakukan diversifikasi produk.

Perkembangan usahanya telah menghasilkan omzet miliaran rupiah per bulan, dan Artono kini mengembangkan sayap bisnis dengan menerjuni usaha cold storage untuk menampung ikan hasil tangkapan nelayan di Jember. Sambil menangani aneka industri berbasis teknologi, Artono juga melirik bidang politik dan kini tercatat sebagai anggota DPRD Jatim dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
sumber:
http://lensa.diskopjatim.go.id/profil/umkm/208-artono-berbisnis-kompor-gas-dari-nol-.html  
Share this Article on :
 

© Copyright DPC PKS Sumbersuko Lumajang 2010 -2011 | Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.