“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka.” (Q.S. At Taubah: 111)
Janji Allah adalah sebuah keniscayaan
yang akan terwujud. Hal inilah yang menjadi pelecut semangat para
aktivis dakwah. Bahakan para pendahulu kita, rela meninggalkan dunia ini
untuk menjemput syurga yang telah dijanjikan. Sebut saja Hasan Al
Banna, Sayyid Quthb, Ahmad Yasin, Abdul Aziz Rantisi, dan masih banyak
para syuhada lain.
Jika kita tengok kembali sirah
nabawiyah, amanah dakwah yang kita emban saat ini bukanlah apa-apa. Para
sahabat saat itu untuk memepertahankan apa yang diyakini oleh mereka,
harus disiksa atau mengungsi ke negeri lain. Lihat bagaimana ketika
darah syahidah pertama dari keluarga Yasir tumpah ke bumi yang
sebelumnya disiksa dengan keji oleh kafir quraisy. Lalu bagaimana
seorang Abu Dzar dapat mengislamkan seluruh penduduk kampungnya yang
notabenenya adalah kampung penyamun dengan modal syahadat yang baru
dipelajarinya. Bahkan Rasulullah yang mulia tidak hanya duduk
berleha-leha disinggasana layaknya sang raja. Beliau rela berdarah-darah
dilempari batu ketika berdakwah ke Thaif.
Lalu apa yang telah kita lakukan hingga
saat ini. Adakah suatu hal yang bisa kita banggakan di hadapan Allah
kelak. Dengan titel aktivis dakwah yang kita sandang, tidak sepatutnya
kita bermanja-manja. Tugas dakwah yang diemban oleh manusia baik
laki-laki atau pun perempuan amatlah penting, karena dakwah itu ibarat
ruh dalam kehidupan ummat. Dakwahlah yang menggerakkan ummat untuk tetap
berada dalam kebaikan risalah Islam. Jika dakwah ini ditinggalkan, maka
bisa saja terjadi kehancuran dalam tubuh umat Islam karena hilangnya
fikrah dan kepribadian Islam itu sendiri.
“Dan orang-orang yang beriman,
lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi
sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf,
mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan
mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh
Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Q.S. At Taubah: 71)
“Siapakah yang lebih baik
perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal
yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang muslim” (Q.S. Fushshilat: 33)
- Jangan Jadi Aktivis Ketika Ingin Tidur Nyenyak
Permasalahan umat ini sangatlah banyak.
Bahkan jika kita berusaha untuk berpikir dan bertindak dalam waktu 24
jam sehari, 7 hari dalam seminggu, maka waktu kita tidak akan cukup
hanya untuk umat ini saja. Dari permasalahan di tingkat masyarakat,
legislatif, bahkan sampai di tingakat eksekutif. Dan tugas kita adalah
bekerja untuk menuntaskan permaslahan-permasalahan itu. Allah pun
mengisyaratkan hal ini dalam firmannya, “Sesungguhnya orang-orang yang
bertaqwa itu berada dalam taman-taman (syurga) dan mata air-mata air,
sambil menerima segala pemberian Rabb mereka. Sesungguhnya mereka
sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat kebaikan. Di dunia
mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam.” (Q.S. Adz Dzaariyaat:15-17)
Hal ini ditegaskan Rasulullah dalam sabdanya, “Siapa
saja yang bangun di pagi hari dan ia hanya memperhatikan masalah
dunianya, maka orang tersebut tidak berguna apa-apa di sisi Allah. Dan
barang siapa yang tidak memeperhatikan urusan kaum muslimin, maka ia
tidak termasuk golongan mereka. (H.R. Thabrani)
Masihkah kita berdiam diri dan tidur
nyenyak dengan apa yang terjadi di depan mata kita. Ataukah kita sudah
tidak memiliki hati yang hanyalah dimiliki oleh orang-orang yang beriman
dan bertaqwa.
“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai hati” (Q.S. Qaaf: 37)
- Jangan Jadi Aktivis Ketika Tak Ingin Terganggu
Turbulensi dalam dakwah adalah sebuah
keniscayaan. Karena di sana ada pertarungan antara yang haq dan yang
bathil. Dan hal itu akan terus berlangsung hingga kiamat tiba. Jangan
pernah mengharapkan rasa aman, karena gangguan dalam dakwah itu pasti
ada. Bahkan para nabi dan rasul pun mengalami gangguan dalam dakwahnya.
Rasulullah pun ketika berdakwah banyak
mengalami gangguan. Saat beliau sedang bersujud dalam shalat, salah
seorang kafir meletakkan kotoran unta di punggung beliau. Bukan hanya
itu, Abu Lahab pun melempari beliau dengan batu hingga berdarah.
Sedangkan istrinya Abu Lahab pun tak mau kalah dengan memasang duri pada
jalan yang dilewati oleh Rasulullah.
Gangguan adalah sebuah ujian dari Allah
untuk orang-orang yang terpilih dalam jalan dakwah. Hal ini merupakan
tempaan dari Allah agar kita semakin kuat. Ada sebuah kaidah Illahiyah
yang komprehensif bagi seluruh makhluk yang ada di dunia ini. Dalam
hadistnya Rasulullah bersabda, “Apabila Allah mencintai seorang
hamba maka Dia pasti mengujinya-mengapa?-apabila dia ridha, maka Allah
memilihnya, sedangkan apabila dia bersabar, maka Allah juga memilihnya.”
(H.R. Al Baihaqi)
Dua sikap dalam menghadapi ujian dari
Allah dan tidak ada sikap yang ketiga. Barang siapa yang menghadapi
ujian Allah dengan ridha dan atau pun sabar, maka hasilnya adalah Allah
akan menjadikannya sebagai salah satu di antara hamba-hamba-Nya yang
terpilih dan terseleksi. Sebagaimana yang terdapat dalam firman-Nya,
“Allah memilih utusan-utusan-(Nya) dari malaikat dan dari manusia” (Q.S. Al Hajj: 75)
- Jangan Jadi Aktivis Ketika Tak Ingin Sibuk
Tidaklah elok ketika seorang aktivis
dakwah berkeluh kesah tentang kesibukannya dan membanding-bandingkannya
dengan kesibukan teman sejawatnya yang lain. Karena hal ini sudah Allah
tetapkan dengan adil.
“Rabbmu tidak akan zhalim terhadap seorang hamba pun.” (Q.S. Fushshilat: 46)
Allah menghendaki hambanya untuk tidak
tersibukkan oleh apa pun kecuali oleh Islam, yaitu dakwah itu sendiri.
Apabila hati seorang aktivis dakwah cenderung ke arah lain, maka Allah
akan menimpakan ujian agar dia mau kembali kepada Allah dan kesibukan
dakwahnya. Oleh karena itu, Rasulullah memerintahkan kita untuk membaca
kisah para nabi, yaitu orang-orang shalih agar kita dapat belajar dan
berjalan di atas manhaj serta petunjuk mereka.
”Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.” (Q.S. Yusuf: 111)
Wallahu’alam bis Shawab…. TKP