KISAH 2
Imam Ibnul Qayyim berkisah: Aku sering menyaksikan Syaikhul Islam (Ibnu
Taimiyah) - semoga Allah mensucikan ruhnya -, ketika menghadapi masalah-masalah
yang berat dan sulit, beliau selalu cepat-cepat bertobat kepada Allah,
memperbanyak istighfar, beristighatsah kepada Allah, bersandar kepada-Nya,
mengharap turunnya kebenaran dari-Nya, dan memohon dibukakannya simpanan-simpanan rahmat-Nya. Dan
biasanya tidak lama setelah itu, bantuan ilahi pun segera turun secara
beruntun, dan beragam kemudahan Allah datang menhampiri beliau, Sehingga beliau
tinggal memilih dan memulai dari yang mana saja.
Sementara itu Imam Ibnu Taimiyah sendiri
berkata: Saat ada masalah yang amat pelik dan rumit, yang sampai membuatku
merasa "buntu" dan seakan terkunci pemecahannya bagiku, maka akupun
langsung beristighfar kepada Allah sebanyak 1000 kali atau lebih atau kurang,
sampai Allah membukakan dan memecahkannya untukku.
KISAH 3
Ini kisah
kontemporer dari negeri Kuwait. Terjadi pada suami istri ber-kun-yah Abu Yusuf
dan Ummu Yusuf. Disampaikan langsung oleh sang suami kepada Syaikh Khalid
As-Sulthan, seorang syeikh asal Kuwait juga, seusai beliau menyampaikan ceramah
tentang fadhilah istighfar, di Mekkah pada suatu musim haji.
Abu Yusuf memulai
ceritanya dengan mengatakan: Saya telah menikah, namun cukup lama tidak
dikaruniai anak. Saya dan istripun melakukan berbagai upaya dengan mendatangi
setiap dokter spesialis yang kami dengar mungkin bisa membantu dalam masalah
kami ini. Termasuk kami telah pergi keluar negeri untuk tujuan yang sama. Namun
semua usaha itu belum juga menunjukkan hasil yang kami harapkan. Kami tidak
berputus asa, dan tetap menyimpan harapan besar kepada Allah. Karena kami yakin
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Tapi kami belum menemukan jalan, cara,
sarana dan titik terang yang bisa meyakinkan kami demi terpenuhinya harapan
indah bagi setiap pasangan suami istri tersebut.
Sampai suatu hari
saya menyimak siaran radio Idza’atul Qur’an Al-Karim (dari Arab Saudi), dimana
seorang syaikh sedang membaca firman Allah dalam surah Nuh ayat 10 – 12, dan
diantara yang disampaikan oleh beliau saat menjelaskan tentang tafsir ayat
tersebut adalah bahwa, istighfar merupakan jalan dan cara terbaik untuk
memperoleh keturunan. Kalimat itupun langsung melekat di hati saya. Dan saat
sampai di rumah, saya langsung menyampaikan apa yang saya dengar itu kepada
istri saya. Lalu kamipun bersepakat untuk menggunakan terapi istimewa ini,
terapi istighfar.
Selanjutnya kami
pun mulai melantunkan dzikir dan doa istighfar siang dan malam, dengan pelan
dan keras, tanpa henti. Dan subhanallah keajaiban kemaha kuasaan Allah serta
merta terjadi. Istri tercinta langsung hamil pada bulan pertama kami memulai
istighfar khusus tersebut. Tidak bisa digambarkan betapa bahagia dan syukur
kami. Setelahnya peristiwa berjalan normal sampai Ummu Yusuf dengan lancar
melahirkan putra pertama yang kami beri nama: Yusuf.
Kisah masih
berlanjut. Begitu istri lepas dari masa nifasnya, saya berkata kepadanya: Ya
Umma Yusuf, mari beristighfar lagi untuk anak kedua. Dan kamipun mengulang
istighfar khusus kami seperti kali pertama. Dan keajaiban terulang kembali.
Ummu Yusuf langsung hamil lagi, juga pada bulan pertama dari istighfar khusus
kedua kami. Allahu Akbar walillahil hamd. Dan putra keduapun lahir dengan
lancar, selamat dan sehat! Kami bersyukur dan memuji-Mu ya Allah!
Namun cerita
kekuasaan Allah yang kami alami dan rasakan tetap belum berakhir. Seusai nifas
yang kedua ini, saya berkata lagi kepada Ummu Yusuf: Sayang! Mari mulai
beristighfar lagi untuk anak ketiga kita. Dan berikutnya, sesuai kesepakatan,
kami lalu mengulang bacaan istighfar khusus kami untuk yang ketiga kalinya. Dan
lagi-lagi subhanallah, walhamdu lillah, wala ilaha illah, wallahu akbar. Istri
langsung hamil anak ketiga, juga di bulan pertama dari istighfar khusus kami
untuk kali yang ketiga. Sesudahnya semua berjalan normal seperti biasa. Dan
anak ketigapun lahir dengan sehat seperti kedua kakaknya. Maka hampir lengkaplah
kebahagiaan kami dengan tiga anak laki-laki yang lahir berurutan dalam rentang
waktu kurang dari tiga tahun.
Nah, begitu selesai
masa nifasnya yang ketiga, kali ini gantian istri saya yang buru-buru berkata
kepada saya: Cukup dulu ya Aba Yusuf! Tolong tahan dan hentikan dulu
istighfar-nya yang dengan niat khusus untuk tambahan anak. Tunggu dulu sampai
anak-anak gedean dikit! Maka kamipun berhenti sementara dari istighfar khusus
kami untuk memperoleh keturunan!
Abu Yusuf masih
meneruskan penuturannya kepada Syaikh Khalid As-Sulthan: Dan ketika anak-anak
beranjak agak besar, saya berkata kepada Ummu Yusuf istri saya: Alhamdulillah
kita sudah dianugerahi tiga orang anak laki-laki. Dan rasanya tidak salah dan
tidak berlebihan jika kita masih berharap kepada Allah agar mengaruniakan
kepada kita seorang putri yang cantik! Maka mari memulai istighfar kita lagi
dengan niat khusus dan pamrih spesial kepada Allah kali yang keempat ini untuk
mendapatkan seorang anak perempuan!
Sesaat Abu Yusuf
diam…sehingga Syaikh Khalidpun berkomentar singkat: Semoga Allah segera
memberimu anak perempuan, sebagaimana telah mengaruniakan kepadamu tiga anak
laki-laki, wahai Saudara-ku!
Tak berselang lama
Abu Yusuf lalu menimpali: Perlu saya berbagi kabar gembira ya Syaikh…! Sekarang
saya disini menunaikan ibadah haji, ketahuilah saat ini juga istri saya sedang
nifas yang keempat bersama putrinya yang baru dilahirkannya…! TAMMAT.
SUBHANALLAH!
WALLAHU AKBAR!
Lalu, adakah seorang mukmin atau mukminah, setelah ini, yang masih juga
ragu, secara praktis bukan teoritis, terhadap keluasan rahmat Allah dan kemaha
kuasaan-Nya?
Oleh: Ust. Ahmad Mudzoffar Jufri