Sebagaimana sudah saya singgung sebelumnya, penyakit hati pada dasarnya berpangkal pada dua hal: syubhat dan syahwat. Syubhat
berarti lemahnya ilmu dan pemahaman, sedangkan syahwat berarti kuatnya
hasrat untuk melakukan dosa dan kemaksiatan. Kini saya akan memberikan
satu resep jitu untuk bisa mengatasi dua hal tersebut sekaligus. Resep
tersebut adalah Al-Qur’an.
Al-Qur’an
bisa menghilangkan syubhat yang ada dalam hati kita karena ia berisi
bayyinat (berbagai macam penjelasan yang terang) dan burhan
(argumen-argumen yang kuat). Al-Qur’an menjelaskan kepada kita dengan
amat jelas dan gamblang segala yang haq dan segala yang bathil. Dengan
demikian akan hilanglah berbagai macam syubhat.
Al-Qur’an
juga mengandung berjuta-juta hikmah, mau’izhah, ibrah, ajakan zuhud,
motivasi ukhrawi, dan kisah-kisah yang menggugah. Semua itu akan
meningkatkan kekuatan iman yang ada dalam dada kita, sehingga kita pun
memiliki daya kekang yang lebih kuat terhadap berbagai macam syahwat.
”Barangsiapa mencintai Allah dan Rasul-Nya, hendaknya ia membaca Al-Qur’an."
Al-Qur’an
memang betul-betul mujarab untuk mengobati penyakit-penyakit hati dan
sekaligus menghidupkan hati kita. Disamping itu, Al-Qur’an juga memiliki
berbagai keutamaan lainnya. Rasulullah saw bersabda,”Barangsiapa
mencintai Allah dan Rasul-Nya, hendaknya ia membaca Al-Qur’an.” (Hadits
shahih, diriwayatkan oleh Imam As-Suyuthi)
Khabbab
ibnul Art, seorang sahabat Nabi, pernah berkata kepada
seseorang,”Mendekatlah kepada Allah sesuai kesanggupanmu. Ketahuilah
sesungguhnya tidak ada cara yang lebih mudah untuk mendekatkan diri
kepada-Nya dengan sesuatu yang Dia cintai melebihi firman-firman-Nya
(yakni Al-Qur’an).”
Abdullah
bin Mas’ud, sahabat Nabi yang amat gemar membaca Al-Qur’an,
berkata,”Barangsiapa mencintai Al-Qur’an, berarti ia mencintai Allah dan
Rasul-Nya.”
Dari
sini kita bisa menyimpulkan bahwa kecintaan kepada Al-Qur’an merupakan
bukti atas kecintaan kita kepada Allah dan Rasul-Nya.
Utsman
bin Affan, sahabat Nabi yang terkemuka, berkata,”Jika hatimu bersih,
niscaya ia tidak akan pernah kenyang dari firman-firman Tuhannya (yakni
Al-Qur’an).” Perkataan Utsman ini bermakna bahwa kecintaan dan interaksi
kita dengan Al-Qur’an merupakan ukuran kebersihan hati kita. Jika suatu
ketika kita merasa berat untuk membaca Al-Qur’an, sangat bisa jadi itu
adalah pertanda adanya kotoran dalam hati kita. Untuk membersihkannya,
paksakanlah untuk membaca Al-Qur’an, insyaallah ayat-ayat Al-Qur’an yang
kita baca pun akan membersihkan kotoran-kotoran tersebut.
Bukti
kecintaan kita kepada Al-Qur’an adalah interaksi yang kuat dengannya.
Interaksi tersebut meliputi banyak hal.
Pertama-tama, kita harus
memulainya dengan keimanan akan kebenaran dan kesucian Al-Qur’an.
Selanjutnya kita harus gemar membaca Al-Qur’an. Jangan sampai kita
melewati hari-hari kita tanpa membaca Al-Qur’an. Sebagai gambaran,
sebuah hadits shahih menceritakan dialog antara Abdullah bin Amr dan
Rasulullah saw. Abdullah memberitahu Rasulullah bahwa ia mengkhatamkan
Al-Qur’an setiap hari. Rasulullah kemudian menegurnya dan menyarankan
agar ia mengkhatamkan Al-Qur’an paling cepat setiap tiga hari. Dan jika
ia mau, cukuplah ia mengkhatamkan Al-Qur’an setiap bulan saja, yang
berarti satu juz Al-Qur’an setiap hari.
Itulah
standar yang diberikan oleh Rasulullah dalam membaca Al-Qur’an: minimal
satu juz setiap hari. Bagaimana dengan kita? Sudahkah kita membaca
Al-Qur’an minimal satu juz setiap hari? Jika belum, marilah kita
mengusahakannya secara bertahap. Kita bisa memulainya dengan membaca
Al-Qur’an satu halaman setiap hari, lalu kita tingkatkan menjadi dua
halaman setiap hari, lalu kita tingkatkan lagi menjadi tiga halaman
setiap hari, dan demikian seterusnya sampai kita bisa membaca satu juz
setiap hari.
Disamping
membaca, kita juga harus mempelajari kandungan Al-Qur’an. Jika kita
belum memahami bahasa Arab, paling tidak kita bisa membaca terjemahan
ayat-ayatnya. Lalu kita baca buku-buku tafsir Al-Qur’an, yang sudah
banyak tersedia dalam bahasa Indonesia. Dan jangan lupa untuk mengkuti
majelis-majelis yang mengkaji Al-Qur’an.
Sesudah
kita memahami kandungan Al-Qur’an, tuntutan selanjutnya adalah
mengamalkan Al-Qur’an dalam kehidupan. Ini tentu saja tahapan yang lebih
sulit. Banyak orang bisa membaca Al-Qur’an dan bahkan memahami isinya,
namun berapa banyak orang yang bisa secara konsisten mengamalkan isi
Al-Qur’an? Berapa banyak diantara kita yang mau berhukum dengan
hukum-hukum yang telah digariskan oleh Al-Qur’an? Sebuah pertanyaan
besar untuk kita semua. Al-Qur’an bukanlah sesuatu yang diturunkan hanya
untuk dibaca dan dipelajari, namun ia adalah sebuah kitab suci yang
diturunkan untuk diamalkan dan dibumikan dalam kehidupan.
Disamping
itu, sebagai bukti kecintaan kita kepada Al-Qur’an, hendaknya kita pun
berusaha untuk menghafalkan ayat-ayat Al-Qur’an sesuai dengan kemampuan
kita. Rasulullah saw bersabda,”Seseorang yang didalam dadanya tidak ada
Al-Qur’an adalah seperti rumah yang kosong dan tidak terawat.”
Sesudah
itu, kita juga berkewajiban untuk mendakwahkan Al-Qur’an, mengajak
manusia untuk kembali kepada Al-Qur’an. Betapa banyak kita saksikan pada
saat-saat sekarang ini orang-orang yang telah melalaikan, mengabaikan
dan melupakan Al-Qur’an. Ini berakibat pada hilangnya keberkahan dalam
kehidupan. Untuk itu, marilah kita semua saling mengajak satu sama lain
untuk kembali kepada Al-Qur’an, agar kita mendapatkan kecintaan dan
keridhaan Allah serta mendapatkan keberkahan dalam hidup kita.
Ditulis oleh :