Tahrir Square |
Keputusan itu dibacakan Ketua KPM yang juga Ketua Mahkamah Konstitusi
Mesir Farouq Sultan di gedung KPM, Kairo, kemarin. Mursi mengalahkan
kandidat yang juga mantan perdana menteri di era Husni Mubarak, Ahmed
Shafiq, 70, dengan perolehan suara 51,73% berbanding 48,37% dari 50,3
juta pemilih yang menggunakan hak pilih.
Seperti dikutip Aljazeera, Mursi memenangi pemilihan
presiden (pilpres) dengan perolehan 13,23 juta dari sekitar 26 juta
suara sah, sedangkan Shafiq hanya meraih 12,3 juta suara. Sultan
menyatakan KPM menerima total 456 pengaduan dari kubu Mursi dan Shafiq.
Di antara pelanggaran yang diadukan ialah tuduhan pemalsuan surat suara
dan pencegahan pemilih kristen menuju tempat pemungutan suara.
Ribuan pendukung Ikhwanul Muslimin yang berkumpul di lapangan Tahrir,
Kairo, sontak gegap gempita ketika Sultan menyatakan Mursi sebagai
pemenang pilpres yang diselenggarakan 16-17 Juni lalu. Seruan Allahu akbar membahana
di lapangan yang menjadi pusat gerakan menuntut Mubarak mundur dari
kekuasaan Mesir tahun lalu. Beberapa pendukung Mursi menyatakan, “Ini
ialah kemenangan 100% kita. Ini adalah 100% revolusi kita!”
Keributan yang meletus bila Shafiq yang terpilih pun tidak terjadi.
Sebelum keputusan dibacakan, Menteri Keuangan Samir Radwan mengatakan
presiden baru Mesir akan menghadapi masalah finansial yang sangat berat.
Radwan mengungkapkan cadangan devisa Mesir saat ini hanya tinggal US$15
miliar, tingkat pengangguran mencapai 12%, dan 42% penduduk berada di
bawah garis kemiskinan.
Dalam kampanye, Mursi yang pernah menjadi tahanan politik pada era
Mubarak itu berjanji membangun pemerintah moderat dan transparan dengan
dasar-dasar Islam, tetapi tetap menghormati perjanjian internasional.
Juru kampanye Mursi, Gehad el-Haddad, mengatakan Mursi memenuhi janji
menjadi presiden bagi semua rakyat Mesir. “Ini bisa menjadi contoh bagi
fenomena Arab Spring, kebangkitan demokrasi di Arab.”
Pakar politik Islam yang berbasis di London, Maha Azzam, melihat
kemenangan Mursi sebagai dukungan terhadap Arab Spring dan memperkuat
kemungkinan Mesir maju sebagai negara sipil.