Rasanya berdosa banget jika kita begitu percaya opini
media, dan mengabaikan realitas kehidupan para ikhwah yang sedemikian tulus
bekerja dalam jamaah dan sangat sepi dari publisitas. Kita disibukkan oleh
opini yang dikembangkan media, dan kita tidak tertarik mengetahui
realitas-realitas denyut dakwah di berbagai wilayah dan wajihah.
![]() |
Cahyadi Takariawan -Hasanalbana.com |
Luar biasa keseriusan dan usaha para kader yang
"pinter-pinter" untuk berkhidmat melalui jalur ilmu pengetahuan dan
teknologi. Namun mereka "tidak terkenal" karena pekerjaan bidang ini
sepi dari publisitas dan tidak "menggoda". Sang Maestro teknologi,
Kang Harna Surapranata bahkan sudah banyak dilupakan kader sendiri, karena
sudah tidak menjadi menteri.
Kader tidak mengerti kiprah Kang Harna dan para doktor
dan profesor dalam upaya serius mereka menggeluti dunia teknologi. Kader hanya
mengerti Yuro menang di Karanganyar dan Tamsil Linrung kalah di Kota Makassar.
Kisah kemenangan politik sangat heroik, namun kisah
prestasi pendidikan, kesehatan, teknologi, dan seni budaya sangatlah sepi dari
tepuk tangan ikhwah.
Maksud saya, dakwah ini bukan melulu soal politik, uang,
perempuan, kekuasaan, dan sekitar itu. Dakwah ini adalah sebuah mahakarya syamilah
mutakamilah.
Menyempitkan pembahasan dakwah hanya dengan melihat
pilkada, pileg, pilpres dan politik praktis lainnya, akan membutakan mata kita
dari melihat keagungan dan kesemestaan mahakarya dakwah.
Barusan kita dihadiahi prestasi Pustakawan DIY bahkan
juara Nasional bidang Perpustakaan. Kita juga dihadiahi prestasi Notaris DIY
dalam puncak kepemimpinan Ikatan Notaris Indonesia. Namanya Mohammad Ichwanul
Muslimin, SH. Serta segudang prestasi kader dakwah lainnya di bidang
masing-masing, yang tidak menimbulkan heroisme serta gegap gempita yang
membahana di majelis liqa, mabit dan nadwah.
Ikhwah senang mendengar berita kemenangan politik, dan
mendengarkan sepenuh antusias. Namun berita gembira di berbagai bidang lainnya,
cenderung disikapi dengan "sekedar mengetahui". Seakan mereka bukan
pahlawan, walau memang tidak ingin disebut sebagai pahlawan.
Kisah-kisah heroisme dakwah di pelosok-pelosok daerah,
kisah-kisah para murabbi dan murabbiyah yang melakukan pembinaan dengan segala
jerih payah, seakan tenggelam di balik gemerlap dunia politik. Kalah menarik
dibanding menanti hasil Pilkada dan Pileg 2014 yang di-update setiap detik..
Percayalah kita akan linglung jika hanya memikirkan soal
politik praktis, namun kita akan sangat bijaksana jika melihat dakwah dari segi
syumuliyah mutakamilah-nya.
Kita cepat capek bahkan ingin istirahat jika hanya selalu
bergumul dengan kepraktisan politik. Namun kita merasa mulia dan sangat kuat
jika berada pada sisi dakwah yang syamilah dan mutakamilah.
Wallahu a'lam bish shawab.
TKP : @mas piyu