Anis Matta : Indonesia Masuki Gelombang ke-3

Jumat, 13 Desember 2013



Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Anis Matta menilai, Indonesia akan memasuki gelombang ketiga, yaitu generasi muda yang berusia di bawah 45 tahun akan memimpin bangsa ini. "Saatnya generasi muda memimpin dengan tidak hanya mengandalkan power, tapi memiliki kemampuan negosiasi untuk meyakinkan masyarakat. Gelombang ketiga adalah pemimpin masa depan, figur yang memiliki kemampuan persuasi," kata Anis dalam diskusi di kantor Kahoyong Political Institute Jakarta, Rabu (11/12).

Dia mengatakan optimismenya tentang gelombang ketiga itu, karena beberapa parameter sudah terpenuhi, seperti munculnya golongan muda yang berpendidikan, berpendapatan bagus dan "well-connected". Hal itu, menurut dia, menunjukkan pemuda memiliki modal menjadi pemimpin nasional. "Ini akan menjadi momentum peralihan gelombang sejarah bagi Indonesia dan juga dikaitkan dengan kegiatan Pemilu 2014 yang akan memilih pemimpin nasional. Kita memasuki gelombang ketiga dengan tuntutan kepemimpinan berbeda dengan gelombang sebelumnya," ujarnya.

Anis memaparkan, gelombang pertama merupakan era penjajahan, dengan generasi muda berhasil melahirkan bangsa baru, yaitu Indonesia. Era kedua, menurut dia, masa pencarian sistem ekonomi politik yang senapas dengan struktur budaya sosial rakyat Indonesia. "Gelombang ini, berlangsung sejak Orde Lama, Orde Baru hingga Reformasi," katanya. Anis mengatakan pada gelombang kedua ini, keseimbangan demokrasi dan pembangunan, kebebasan dengan kesejahteraan, serta otonomi daerah dan integritas nasional mulai nampak.

Selanjutnya, ujar dia lagi, Reformasi yang menggugat kesadaran baru akan relasi agama dan negara, demokrasi dan pembangunan, serta hubungan pusat dan daerah. Sedangkan gelombang ketiga ditandai penguatan masyarakat sipil seperti parpol, media, dan lembaga swadaya masyarakat (LSM). "Pada era ini, kekuasaan lembaga negara tak ada lagi yang dominan," ujarnya. Menurut dia, dalam kondisi riil seperti itu, pemimpin tidak bisa lagi mengandalkan otoritas, melainkan kemampuan persuasi. Saat ini, ujar Anis, pemimpin yang ideal adalah punya tanggung jawab, meski wewenangnya sedikit. "Saya berharap, masyarakat memilih pemimpin nasional yang amanah serta bertanggungjawab terhadap rakyatnya, agar ke depan dapat memajukan Indonesia semakin lebih baik lagi," katanya.

Direktur Kahoyong Political Institute, Gus Maul menilai, konsep kepemimpinan generasi ketiga merupakan kebutuhan demokrasi dan sejarah. "Dengan kondisi saat ini, sudah saatnya ada sentuhan baru di republik ini. Sentuhan ini akan dimulai dalam bingkai pesta demokrasi 2014," katanya lagi (suarapembaruan.com)
Share this Article on :
 

© Copyright DPC PKS Sumbersuko Lumajang 2010 -2011 | Design by Herdiansyah Hamzah | Published by Borneo Templates | Powered by Blogger.com.