Alhamdulillah, dengan segala kurang-lebihnya, Bangsa Indonesia diakui sebagai bangsa paling murah senyum di dunia. Predikat ini disematkan oleh AB Better Business yang berbasis di Swedia, pada 8 April 2009. Siaran pers lembaga itu menyatakan, berdasarkan hasil survei The Smiling Report 2009, Indonesia adalah negara paling murah senyum di dunia dengan skor 98%. Untuk kemurahan menebar salam, skor Indonesia sejajar Hongkong sebesar 98% juga.
Sebaliknya, negara yang dinilai paling tidak murah senyum adalah Pakistan dengan skor 44% dan terendah. Untuk memberikan salam adalah Maroko dengan skor 48%. Swedia sendiri berada di peringkat ke-24, dengan skor untuk murah senyum 77% dan salam 81%.
Memang, sebagai negeri Muslim terbesar di dunia, Bangsa Indonesia selayaknya paling gampang tersenyum. Bukankah senyum adalah sedekah, sebagaimana wasiat Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, “Senyummu kepada saudaramu adalah sedekah” (HR Imam Tirmidzi). Bahkan di kala kita tengah diuji dengan musibah pun, hadapilah dengan senyum. Sebab, sejatinya ujian adalah pertanda kasih sayang Allah kepada kita. Sehingga, saat senang dan sedih, kita selalu tersenyum. Demikianlah maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan, ”Sungguh mengherankan perkara orang Mukmin itu, karena seluruh perkara baik baginya. Dan hal itu tidak dimiliki oleh siapapun kecuali orang Mukmin. Jika diberi sesuatu yang menggembirakan dia bersyukur, maka ia menjadi baik baginya. Dan bila ditimpa suatu madharat, ia bersikap sabar, maka itu menjadi baik baginya.” (HR Muslim).
Rasulullah pun telah memberi contoh. Dinyatakan dalam Kitab Sahih Bukhari dan Muslim, sahabat Jabir bersaksi bahwa, “Sejak aku masuk Islam, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah menghindar dariku. Dan beliau tidak melihatku kecuali pasti dengan tersenyum kepadaku.”
Rasulullah pun telah memberi contoh. Dinyatakan dalam Kitab Sahih Bukhari dan Muslim, sahabat Jabir bersaksi bahwa, “Sejak aku masuk Islam, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah menghindar dariku. Dan beliau tidak melihatku kecuali pasti dengan tersenyum kepadaku.”
Selain bernilai ibadah sedekah, senyum juga menyehatkan. Jamil Azzaini yang sekarang jadi motivator Kubik, menyebutkan bahwa sesungging senyum mestilah ‘’227”. Maksudnya, senyum baru terlihat tulus bila diukir dengan melebarkan sisi kanan bibir 2 cm, sisi kiri 2 cm, dan pertahankan posisi ini minimal selama 7 detik. Sebuah penelitian oleh klinik syaraf di Illinois, Amerika Serikat, membuktikan bahwa tersenyum identik dengan olahraga. Hanya dengan sekali tersenyum ringan, sekitar 800 otot manusia di sekitar wajah berkontraksi atau meregang. Ini merupakan latihan yang efektif bagi kesehatan otot manusia.
Bukan hanya itu. Senyum juga menggerakkan hati dan jiwa. Hasil riset Dr Patch Adam, seorang dokter ahli kejiwaan di West Virginia, Amerika, yang melibatkan 1.000 dokter dan perawat, membuktikan bahwa pasien bisa sembuh dengan sendirinya (sugesti) melalui senyuman. Dijelaskan, saat tersenyum, otak manusia mengeluarkan seretonin yang menambah kekebalan tubuh. Dalam sebuah studi terbaru tentang senyum, disebutkan bahwa senyuman bisa dijadikan sebagai sebuah indikator akan suksesnya kehidupan perkawinan seseorang. ‘’Jika ingin mengetahui apakah perkawinan Anda akan sukses atau tidak, lihatlah album foto Anda dan periksalah seberapa tulus dan menyenangkannya senyum Anda di situ,” demikian pesan studi tersebut yang diterbitkan pada 5 April 2009 lalu dijurnal Motivation and Emotion.
Bukan hanya itu. Senyum juga menggerakkan hati dan jiwa. Hasil riset Dr Patch Adam, seorang dokter ahli kejiwaan di West Virginia, Amerika, yang melibatkan 1.000 dokter dan perawat, membuktikan bahwa pasien bisa sembuh dengan sendirinya (sugesti) melalui senyuman. Dijelaskan, saat tersenyum, otak manusia mengeluarkan seretonin yang menambah kekebalan tubuh. Dalam sebuah studi terbaru tentang senyum, disebutkan bahwa senyuman bisa dijadikan sebagai sebuah indikator akan suksesnya kehidupan perkawinan seseorang. ‘’Jika ingin mengetahui apakah perkawinan Anda akan sukses atau tidak, lihatlah album foto Anda dan periksalah seberapa tulus dan menyenangkannya senyum Anda di situ,” demikian pesan studi tersebut yang diterbitkan pada 5 April 2009 lalu dijurnal Motivation and Emotion.
- Pada sebuah riset kecil, peneliti mencermati foto-foto perkawinan dari subjek penelitian, kemudian memberikan nilai skala dari 1 hingga 10. Dari hasil tersebut, 10% dari mereka yang termasuk dalam kategori bersenyum kuat, ternyata tidak pernah mengalami perceraian. Sedangkan 10% dari orang yang mendapatkan skor rendah, 1 dari 4 di antara mereka mengaku mengalami perceraian.
- Pada percobaan kedua, sejumlah orang berusia 65 tahun dijadikan sample penelitian. Periset meneliti foto masa kanak-kanak mereka, saat berusia 10 tahun. Dari hasil pengamatan disimpulkan, hanya 11% dari objek yang mendapatkan skor tinggi mengaku mengalami perceraian. Sedangkan 31% dari mereka yang tergolong pemurung, akhirnya bercerai. Matthew Hartenstein, kepala penelitian tersebut, menjelaskan kemungkinan hubungan antara senyum dan kehidupan pernikahan. Dia menjelaskan, bisa jadi orang yang murah senyum akan menarik banyak teman, dan jejaring yang luas ini secara tidak langsung akan membuat kehidupannya mudah dijalani dan berimbas pada bahagianya kehidupan perkawinan. Ada kemungkinan juga bahwa orang yang tersenyum ketika difoto, juga memiliki kepribadian yang menyenangkan yang berdampak sama pada kehidupan pribadi dan pernikahan mereka.
Hasil dari studi ini juga kemudian berkembang pada penggambaran pola yang lebih luas untuk melihat bahwa kepribadian dan karakteristik seseorang bisa ditentukan dari sedikit saja dari tingkah laku kita. Pada dasarnya kita sering menunjukkan siapa diri kita dengan cara-cara yang sebenarnya sederhana. Salah satunya cara tersenyum itu.
Lebih lanjut Hertenstein mengatakan, hasil yang didapat dari studi ini sejalan dengan beberapa laporan dan juga literatur yang beredar selama 5 sampai 10 tahun belakangan ini. Pelbagai literatur itu menyebutkan bahwa tingkah laku dan pikiran yang positif mampu memberikan efek yang sangat penting dalam kehidupan kita.
Tentu saja, kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala-lah pertama kali kita wajib bersangka baik (husnudzon). Seperti diamanatkan Nabi Muhammad,
“Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: ‘Aku tergantung sangkaan hamba-Ku kepada-Ku, dan Aku bersamanya bila dia mengingat-Ku” (HR Bukhari, Muslim, Ahmad, Tirmidzi, Nisai dan Ibnu Majah, dari Abu Hurairah ra).
Oleh:
Ustadz Abbas Aula Lc,
Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Kota Bogor