Kesenian Kuda Kencak masyarakat kota pisang menjadi Ikon dalam peringatan Hari Jadi Lumajang ke 756 tahun. Sebelumnya, kuda kencak diklaim dan disebut-sebut dipatenkan sebagai kesenian kabupaten sebelah.
Padahal kesenian kuda kencak Lumajang berhasil menjadi pemenang dalam acar kemilau Nusantara di Bogor yang diadakan Kemenbudpar. "Kuda Kencak perlu diangkat menjadi ikon Harjalu," kata Kepala Kantor Pariwisata, Seni dan Budaya Lumajang, Hendro Iswahyudi (Alm.) dikantornya beberapa waktu yang lalu sebelum wafat pada tanggal 14 Nopember senin kemarin.
Kesenian jaran kencak dari sejarahnya dikenal di Lumajang wilayah Utara yakni Ranuyoso dan Klakah, kemudian berkembang di kabupaten lainya. Kesenian kuda kencak dikenalkan oleh tokoh masyarakat dari Ranuyoso yakni Klabih Sajeh.
Sementara, Penasehat Paguyuban Kuda Kencak Lumajang, A'ak Abdullah Al-Kudus mengatakan, kesenian kuda kencak sejarahnya bermula dari penghargaan kepada kuda milik Ranggalawe yang merupakan anak dari Arya Wiraraja sebagai pemimpin Kerajaan Lamajang.
Sehingga, oleh masyarakat Lumajang untuk melestarikan budaya menghormati kuda dari ranggalawe yang hebat dalam berperang juga pandai menari tersebut, akhirnya dilatihlah kuda-kuda mereka untuk bisa berjoget bila ditabuhkan gamelan. "Kuda kencak saatnya diakui Lumajang," tegas pria kaki Gunung Lemongan ini. (kln)
kabarlumajang.net